Minggu, 06 November 2016

ALAT PERMAINAN EDUKATIF BERBASIS MODEL

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan kepada kita semua kesehatan, kesempatan dan semua nikmatnya yang lain, baik yang zohir maupun yang bathin sehingga kita bisa melakukan aktifitas dan rutinitas kita sehari-hari dengan tanpa ada penghalang sedikit pun. Semua nikmat tersebut sebagai bukti dari kasih sayang-Nya kepada seluruh mahluk-Nya maka wajib hukumnya kita bersyukur pada-Nya.
Sholawat dan salam semoga tetap selalu tercurahkan kepada kekasih-Nya yang mulia Nabi Muhammad saw, kepada seluruh keluarganya, isterinya, sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah yang ada dihadapan pembaca merupakan salah satu dari sekian makalah yang ada yang membahas mengenai Alat Permainan Edukatif Berbasis Model. Tentunya di dalam makalah ini banyak sekali kekurangannya. Baik dari segi referensi-referensi, konten, maupun dalam model penulisannya. Maka melalui kesempatan ini penulis meminta kritiknya yang bersifat membangun agar makalah ini dapat disempurnakan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Lebih dan kurangnya apa yang penulis paparkan di dalamnya, melalui lubuk hati yang paling dalam penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.





                        Yogyakarta,…..Juni  2016



                             Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang  ................................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C.  Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian APE                                                    ………………………………………   3
B.  Syarat-syarat APE yang ideal ……………………............................................. 3
C.  Cara Mengembangkan Permainan Edukatif Berbasis Model ………………….. 4
D.  Pengaruh Permainan Edukatif Berbasis Model Bagi Perkembangan Anak........  6
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan .........................................................................................................  8
Daftar Pustaka






 BAB I       
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran dari usia 0-6 tahun yang sering disebut dengan Golden age perkembangan.[1] Pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaklah disesuaikan dengan usia perkembangannya, karena tujuan pendidikan yang diberikan kepada mereka adalah untuk mengembangkan kepribadian,  pengetahuan, dan keterampilan, dan berusaha mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.[2] 
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran dalam dunia anak pada hakikatnya adalah bermain,[3] dimana bermain merupakan salah satu yang menjadi bagian penting dalam pendidikan anak usia dini (PAUD).[4] Bagi anak, bermain bukan sekedar kesenangan, melainkan juga merupakan sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan watak dan sosialisasi.[5] Bahkan salah seorang tokoh sekaligus penggagas Kindergarten mendeskripsikan adanya hubungan yang kuat antara bermain dan belajar.[6] Melalui  bermain anak dapat bersosialisasi, mengekspresikan hati dan perasaannya serta mendapatkan pengalaman yang nyata dan menyenangkan. Bahkan melalui bermain hal itu sebagai wahana perkenalan anak terhadap diri dengan  lingkungannya.[7]
Apapun alasannya, dan bagaimanapun cara bermain anak, yang jelas hal itu harus mengedepankan belajar. Artinya bermain untuk belajar bukan semata-mata untuk bermain.[8] Untuk mensinergikan antara bermain dan belajar dibutuhkan suatu permainan yang edukatif. Tetapi realitas yang terjadi di masyarakat masih ada diantara mereka, terutama para orang tua yang belum paham hakikat dari permainan edukatif itu sendiri, sehingga ada orang tua yang melarang anaknya bermain dengan alasan mengerjakan tugas sekolah atau belajar. Bahkan, orang tua tidak segan-segan memarahi anaknya jika bermain terlalu lama dan mengambaikan tugas sekolahnya.[9]    
Menurut Yuliani Nurani Sujiono sebagaimana yang dikutib oleh Jamal Ma’mur Asmani, mengatakan bahwa pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama, yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.[10]  Untuk menuju hal tersebut, diperlukan fasilitas dan sarana dalam berbagai bentuk dan jenis, antara lain alat peraga dan alat permainan. Semakin banyak alat permainan edukatif yang diberikan, maka semakin tinggi hasrat anak untuk mencoba dan mengeksplorasi segala sesuatu. Dalam makalah ini, akan dipaparkan lebih jauh mengenai pengembangan alat permainan edukatif berbasis model yang tentunya sarat dengan nilai dan tumbuh kembang anak usia dini.
B.       Rumusan Masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul “ Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Model ” adalah sebagai berikut :
1.         Apakah pengertian dari alat permainan edukatif ?
2.         Apa saja syarat-syarat APE yang ideal ?
3.         Bagaimana cara mengembangkan permainan edukatif berbasis model ?
4.         Apakah ada pengaruhnya permainan edukatif berbasis model bagi perkembangan anak ?
C.       Tujuan Penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul  “ Pengembangan Alat Permainan Edukatif Berbasis Model ” adalah sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui apakah pengertian dari alat permainan edukatif.
2.         Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat APE yang ideal.
3.         Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan permainan edukatif berbasis model.
5.         Untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya permainan edukatif berbasis model bagi perkembangan anak.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian alat permainan edukatif
APE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara epektif dan menyenangkan sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.[11] Pada dasarnya APE merupakan semua sarana yang dapat dipakai oleh anak untuk bermain, belajar, dan bereksplorasi sesuai dengan usianya. APE harus mengandung nilai-nilai edukatif, mampu mengembangkan seluruh potensi anak, dan dapat mengakomodasi seluruh tingkat pencapaian perkembangan anak menjadi semakin baik.[12]
Alat permainan edukatif merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh potensi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mayke Sugianto yang mengatakan bahwa APE merupakan alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan perkembangan anak usia dini.[13]
Dalam pengertian yang lebih luas, APE merupakan segala sarana yang dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu tanpa anak menyadari, baik menggunakan teknologi modern maupun sederhana, bahkan dapat juga bersifat tradisional yang penting sarat dengan nilai-nilai edukatif.[14]
B.       Syarat-syarat APE yang ideal
APE pada dasarnya bukan merupakan hal yang baru terutama bagi para guru yang sudah lama mengajar di taman kanak-kanak. Namun seiring dengan berkembangnya sistem dan program pendidikan anak usia dini di Indonesia, maka APE pun tampaknya ikut berkembang, baik dari segi penyajian fisik maupun pemahaman. Dalam keseharian kita, secara umum banyak dijumpai orang tua yang belum mengetahui bagaimana memilih jenis alat permainan edukatif yang ideal. Berikut ini akan diuraikan syarat-syarat APE yang ideal bagi AUD, yaitu:[15]
1.         Mengandung nilai-nilai edukatif
Artinya pemainan tidak harus mahal berupa yang dibeli di toko, tetapi boleh menggunakan dari bahan-bahan alam yang penting sarat dengan nilai-nilai edukatif.
2.         Memenuhi minat dan kebutuhan anak pada usianya
Artinya APE harus sesuai dengan minat dan kebutuhan anak sesuai usianya agar benar-benar berfungsi sebagai bagian yang penting bagi tumbuh kembang anak.
3.         Sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan anak
Artinya APE harus proporsional, tidak membebani fisik, tidak terlalu berat dan sarat dengan perkembangan anak.
4.         Tahan lama, mudah dibuat, mudah didapat, dan mudah dipakai oleh anak.[16]
Dalam hal ini untuk melindungi anak dari hal-hal yang dapat merugikan tumbuh kembangnya dan dapat mematikan kreativitasnya.
5.         Cocok dengan tingkat perkembangan anak.[17]
C.       Cara Mengembangkan Permainan Edukatif Berbasis Model
Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak usia dini tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting dan menyenangkan.[18] Dalam islam dianjurkan bagi orang tua sedapat mungkin memberikan dorongan dan motivasi bagi anaknya untuk aktif dalam berbagai permainan sebagai dasar untuk pengembangan keterampilan di masa yang akan datang. Hal ini sudah pernah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw sewaktu Aisyah masih kecil, beliau sering bermain-main dengannya. Dalam hadits dinyatakan sebagai berikut :
“ Aisyah berkata: “ Aku melihat Rasulullah saw berdiri di depan pintu kamarku, sementara orang-orang Habasyah sedang asyik bermain anggar di halaman masjid Rasulullah saw. Beliau menggendong aku hanya dengan kain selendangnya supaya aku bisa menonton permainan mereka, kemudian beliau berdiri supaya aku lebih leluasa melihat, karena beliau tahu, aku ini seorang gadis yang masih suka bermain.” (HR. Muslim).[19]
Tentunya didalam bermain dengan anak-anak, maka esensinya adalah edukatif dan bermanfaat. Edukatif artinya bersifat mendidik, memotivasi, membina, dan mungkin memperbaiki (remidial) agar proses perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.[20] Bermanfaat artinya memberikan gambaran yang bermanfaat bagi peserta didik, orang tua, guru, pihak sekolah dan pihak terkait.[21] Diantara permainan edukatif adalah berbasis model. Artinya permainan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi, bereksplorasi dan mengungkapkan hati dan perasaannya melalui suatu model permainan. Diantara cara mengembangkan permainan edukatif berbasis model itu adalah sebagai berikut:  
1.         Permainan edukatif berbasis model melalui permainan “ siapa terbanyak ”
Aturan main dalam permainan ini adalah pada lantai diberi tanda lingkaran besar dan sekelilingnya terdapat lingkaran kecil. Jari-jari tengah lingkaran besar adalah  setengah meter dan jarak ke lingkaran kecil kira-kira 10 meter. Dalam lingkaran besar terdapat batu-batu kecil atau balok-balok kecil sebanyak 25 buah. Untuk jumlah pengikutnya bisa lebih dari tiga. Pada tiap lingkaran kecil berdiri seorang anak dalam lingkarannya. Dengan aba-aba guru anak yang berada dalam lingkaran lari secepat-cepatnya ke lingkaran besar mengambil satu batu, lari kembali dan menaruh batu itu dalam lingkarannya, kembali lagi ke lingkaran besar, mengambil satu batu dan seterusnya hingga lingkaran besar kosong. Cara penilaiannya adalah yang mempunyai jumlah batu yang terbanyak, dialah yang menang. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok lain yang berlomba.
Catatan: (a) batu-batu harus ditaruh dalam lingkaran, bukan dilemparkan. (b) lebih baik mempergunakan balok kecil atau keratan-keratan bambu yang cukup besar dari pada batu.[22]
Nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam permainan ini adalah (a) ketangkasan, sehingga menuntut anak untuk benar-benar konsentrasi terutama saat-saat menanti peluit guru. (b) keseportifan anak terutama saat kembali lagi ke lingkaran kecilnya dan kembali lagi melaju kelingkaran besar. (c) kerapian terutama ketika meletakkan batu ke lingkaran kecilnya.      
2.         Permainan edukatif berbasis model melalui permainan “ raja bola ”
Aturan main dalam permainan ini adalah anak-anak dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima orang anak. Masing-masing kelompok berbaris dan di depan kelompok masing-masing ada satu anak yang menjadi raja. Tiap raja diberi sebuah bola, lalu bola tersebut berganti-ganti dilemparkan ke kelompoknya dan dilemparkan balik oleh kelompoknya. Siapa yang melakukan kesalahan, yaitu tidak tepat atau tidak dapat menangkap bola mendapat hukuman yaitu pindah ke tempat nomor terakhir. Jika raja yang membuat kesalahan, iapun pindah ke tempat nomor terakhir dan nomor  satu menggantikannya menjadi raja. Cara penilaian dalam permainan ini adalah bagi kelompok yang melempar dengan tepat dan bolanya tidak pernah jatuh ke tanah, maka dialah pemenangnya.
Nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam permainan ini adalah (a) dapat mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti oleh semua anak. (b) ketangkasan, terutama ketika melempar bola ke kelompok.[23]
D.      Pengaruh Permainan Edukatif Berbasis Model Bagi Perkembangan Anak
Permainan merupakan suatu laboratorium dimana anak dapat menerapkan keterampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat. Disamping itu permainan juga dapat memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak yang dapat membantu mengembangkan potensi fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Ada beberapa pengaruh dalam permainan berbasis model ini kepada anak yang dapat meningkatkan daya perkembangannya, diantaranya :[24]
1.         Pengaruh pengembangan keterampilan gerak
Artinya dalam permainan ini berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan gerak yang kompleks. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik, maka anak juga akan memiliki efisiensi dan kemampuan gerak yang baik, yang selanjutnya akan berkembang menjadi keterampilan gerak yang kompleks.
2.         Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani
Dalam permainan ini sangat penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan. Permainan ini juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila tidak tersalur akan menyebabkan anak tegang, gelisah, dan lain-lain. Disamping itu, anak juga dapat mengembangkan keterampilan fisiknya dengan baik, sehingga memiliki kesehatan yang baik sebagai akibat dari bermain secara seportif.
3.          Dorongan berkomunikasi
Dalam suasana permainan ini dapat memberikan peluang bagi anak untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Disamping itu, dengan berkomunikasi anak dapat saling memahami antara teman bermainnya (toleransi terhadap orang lain).[25]
4.         Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Dalam permainan ini memberikan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh lingkungan terhadap aktivitas anak. Ketegangan tersebut merupakan energi emosional yang terpendam.
5.          Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.
6.         Sumber bermain itu sendiri.
Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal.[26] Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.
7.          Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.[27]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Permainan edukatif berbasis model merupakan permainan yang sangat mendukung tumbuh kembang anak. Hal ini terbukti dari pengaruh yang ditimbulkan olehnya seperti pengaruh pengembangan keterampilan gerak, perkembangan fisik dan kesegaran jasmani, dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber bermain, rangsangan bagi kreativitas, dan lain-lain. Dari semua pengaruh tersebut tidak heran kemudian banyak para ahli yang merekomendasikan bahwa belajar bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah bermain.







DAFTAR PUSTAKA
Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif (Yogyakarta: Pilar Media, 2006)
Anna Craft, Membangun Kreatifitas Anak, (Jakarta: Inisiasi Press. 2003)
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
Bayyinatul Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh (Yogyakarta: UIN-Malang Press, cetakan, 2008)
Badru Zaman, Pengembangan Alat Permainan Edukatif untuk Anak TK (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006)
Cucu Eliyawati, Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar AUD (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
Ernawulan Syaodih, Bimbingan di TK (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
E.   Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama, 2012)
Partini, Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2010)
Harun Rasyid, Mansyur dan suratno, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009)
http// Alat Permainan Edukatif. Diakses Rabu 14 April 2016.
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar Home Schooling (Jogjakarta: FlashBooks, cetakan pertama, Maret 2012)
Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas Belajar Berbasis Otak (Bandung: MLC, 2007)
Kunandar, Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013)
Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Gramedia, 2013)
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Muhammad Thobroni, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
Novan Ardy Wijayani & Barnawi, Format PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Rudy Budiman, Kreativitas Melalui Pembuatan APE (Bandung: PPPPTK TK dan PLB, 2014)
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)
Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain (Surakarta: LPP UNS, cetakan 1, September 2008)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
---------, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010)
Shoba Dewey Chugani, Anak Yang Cerdas Anak Yang Bermain (Jakarta: Gramedia, 2009)


[1] Harun Rasyid, Mansyur dan suratno, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), hlm. 44. Lihat pula A. Martuti, Mendirikan dan Mengelola PAUD,
[2] Ernawulan Syaodih, Bimbingan di TK (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 5.
[3] Partini, Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2010), hlm. 50. Lihat pula Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 16.
[4] Muhammad Thobroni, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 30.
[5] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 123.
[6] Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 126
[7] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 28.
[8] Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 153.  
[9] Suyadi, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010), hlm. 297.  
[10] Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar Home Schooling (Jogjakarta: FlashBooks,, cetakan pertama, 2012), hlm. 127
[11] Badru Zaman, Pengembangan Alat Permainan Edukatif untuk Anak TK (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), hlm. 1.
[12] http// Alat Permainan Edukatif. Diakses Rabu 14 April 2016.
[13] Cucu Eliyawati, Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar AUD (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 62.
[14] Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 155-156.
[15] Anna Craft, Membangun Kreatifitas Anak, (Jakarta: Inisiasi Press. 2003), hlm. 78-79.
[16] Rudy Budiman, Kreativitas Melalui Pembuatan APE (Bandung: PPPPTK TK dan PLB, 2014), hlm. 28.
[17] Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas Belajar Berbasis Otak (Bandung: MLC, 2007), hlm. 221.
[18] E. Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama, 2012), hlm. 166
[19] Bayyinatul Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh (Yogyakarta: UIN-Malang Press, cetakan pertama, 2008), hlm. 133.
[20] Kunandar, Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 51.
[21] Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional , op,cit, hlm. 284
[22] Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain (Surakarta: LPP UNS, cetakan pertama, 2008), hlm.  40
[23] Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain …,Op,cit, hlm. 38.
[24] Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 110. Lihat pula Novan Ardy Wijayani & Barnawi, Format PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 123-124.
[25] Shoba Dewey Chugani, Anak Yang Cerdas Anak Yang Bermain (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm. 66.
[26] Bayyinatul Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh, Op,cit, hlm. 131.
[27] Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain ,Op,cit, hlm  9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar