Minggu, 06 November 2016

MUATAN PEMBELAJARAN, PROGRAM PENGEMBANGAN, DAN BEBAN BELAJAR ANAK USIA DINI

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Pendidikan anak usia dini sekarang ini telah banyak bermunculan di masyarakat, baik dalam bentuk formal maupun nonformal. Pemerintah sendiri melalui Kementerian Pendidikan Nasional mengupayakan untuk menggalakkan pendidikan anak usia dini di berbagai daerah. Terobosan pemerintah ini adalah dalam rangka untuk memberikan perhatian yang lebih pada anak usia dini. Sebab, dari sinilah nantinya akan muncul generasi-generasi penerus yang akan memajukan bangsa dan negara tercinta ini.[1]
Di dalam Undang-undang Sisdiknas telah ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[2]
Untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini di atas secara optimal, maka dibutuhkan suatu manajemen kurikulum PAUD yang baik. Manajmen kurikulum PAUD itu sendiri dimaknai sebagai suatu bentuk pengelolaan secara efektif dan efisien terhadap seperangkat bahan ajar yang harus dikuasai peserta didik, khususnya pada usia dini, yakni 0-6 tahun untuk mencapai tumbuh kembang secara optimal.[3]
Dalam Kurikulum 2013 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP) PAUD dan struktur kurikulum PAUD merupakan pengorganisasian dari Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Program Pengembangan, dan Beban Belajar. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan secara spesifik tiga komponen dalam Kurikulum  2013, yaitu muatan pembelajaran, program pengembangan dan beban belajar anak usia dini.
B.       Rumusan masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul Muatan Pembelajaran, Program Pengembangan, dan Beban Belajar Anak Usia Dini adalah sebagai berikut :
1.    Apakah yang dimaksud dengan muatan pembelajaran dan bagaimana format materinya ?
2.    Apakah yang dimaksud dengan program pengembangan dan beban belajar serta bagaimana formatnya ?
C.       Tujuan penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul Muatan Pembelajaran, Program Pengembangan, dan Beban Belajar Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan muatan pembelajaran dan bagaimana format materinya.
2.    Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan program pengembangan dan beban belajar serta bagaimana formatnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Muatan Pembelajaran dan Format Materinya
1.    Definisi Muatan Pembelajaran
Berbicara mengenai muatan pembelajaran, dalam kurikulum 2013 Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran III disebutkan bahwa muatan pembelajaran adalah cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Materi-materi tersebut diusahakan dikuasai oleh anak-anak sesuai dengan tahapan usianya yang diberikan melalui stimulasi pendidikan secara terintegrasi dengan menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD/ satuan pendidikan.[4] Menurut Andi Prastowo menyatakan bahwa muatan pembelajaran adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.[5] Novan Ardy Wiyani, mengatakan bahwa muatan/materi pembelajaran merupakan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ditransformasikan oleh guru kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.[6] Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa muatan pembelajaran adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.[7] Dalam pemahaman yang lebih luas dalam KTSP dikemukakan bahwa muatan pembelajaran adalah sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.[8] Jadi, praktisnya muatan pembelajaran itu merupakan materi-materi pokok dan program yang diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari dalam proses pembelajaran. Uraian materi pokok inilah yang dijadikan dasar pengambilan dan penentuan materi ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru. Penentuan pokok-pokok bahasan atau materi pokok didasarkan atas standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator.[9] Materi ajar tersebut pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.         Materi kurikulum yang berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b.         Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c.         Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.[10]
Adapun langkah-langkah penyusunan muatan pembelajaran adalah sebagai berikut:[11]
a.         Pahami inti muatan dari setiap kompetensi dasar (KD), dan kemampuan apa yang diharapkan dari KD tersebut.
b.         Pahami keluasan cakupan materi yang termuat dalam KD.
c.         Pahami kedalaman materi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
d.        Sesuaikan dengan visi yang ingin diwujudkan dan tujuan yang ingin dicapai pada anak didik selama belajar di satuan TK.
e.         Tentukan prioritas materi yang mendukung pencapaian KD.
2.    Format materi
Materi-materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dapat dilihat pada format tabel dibawah ini sesuai dengan Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran 1 sebagai berikut:  
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
KI-1. Menerima ajaran agama yang dianutnya
2.1.   Mepercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
2.2.   Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
KI-2. Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerjasama, mampu menyesuaikan diri, jujur, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
2.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
2.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu
2.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif
2.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis
2.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
2.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
2.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara) untuk melatih kedisiplinan
2.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
2.9. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya
2.10.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama
2.11. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri
2.12. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
2.13. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun kepada orang tua, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
KI-3. Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik dan/atau pengasuh, lingkungan sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, tempat bermain dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra (melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba), menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain
2.1.   Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
2.2.   Mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak mulia
2.3.   Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halus
2.4.   Mengetahui cara hidup sehat
2.5.   Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-hari dan berperilaku kreatif
2.6.   Mengenal benda-benda di sekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya)
2.7.   Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, dan transportasi)
2.8.   Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan dll)
2.9.   Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah tangga, peralatan  bermain, peralatan pertukangan dll)
2.10.   Memahami bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
2.11.   Memahami bahasa ekspresif (menungkapkan bahsa secara verbal dan non verbal)
2.12.   Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
2.13.   Mengenal emosi diri dan orang lain
2.14.   Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri
2.15.   Mengenal berbagai karya dan aktivitas seni
KI-4. Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan dan karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku anak yang berakhlak mulia
4.1.Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa
4.2.Menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan akhlak mulia
4.3.Menggunakan anggota tubuh untuk megembangkan motorik kasar dan halus
4.4.Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
4.5.Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif
4.6.Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda disekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya
4.7.Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, dan transportasi)
4.8.Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll)
4.9.Menggunakan teknologi sederhana (peralatan rumah tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan, dll) untuk menyelesaikan tugas dan kegiatannya
4.10.    Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca)
4.11.    Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan non verbal)
4.12.    Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai bentuk karya
4.13.    Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
4.14.    Mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan minat diri dengan cara yang tepat
4.15.    Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media

B.       Program Pengembangan dan Beban Belajar
1.    Program Pengembangan
Program pengembangan dan beban belajar merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisahkan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Program pengembangan meliputi tahapan-tahapan yang harus diberikan stimulasi oleh para pendidik atau guru untuk membantu tumbuh kembang anak sebagai bekal untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan tahapan program pengembangan Permendikbud Tahun 2014 Nomor 146 lampiran satu yang meliputi: (1) Program pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya perilaku, baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain. (2) Program pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain. Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.[12] (3) Program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses berpikir dalam konteks bermain. (4). Program pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. Karena anak-anak memperoleh kemampuan bahasa dengan cara yang menakjubkan, mulai sejak lahir hingga usia 6 tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apalagi kosa kata secara khusus, akan tetapi pada akhir usia dininya, rata-rata anak telah menyimpan lebih dari 14. 000 kosa kata.[13] (5) Program pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks bermain. (6) Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain.[14] Program pengembangan di atas digunakan untuk pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal empat Permendikbud tahun 2014 nomor 146 kurikulum 2013 yang dirumuskan secara terpadu dalam bentuk sikap spiritual sebagai (KI) 1, sikap sosial sebagai (KI) 2, pengetahuan (KI) 3, dan keterampilan (KI) 4. [15]
a.    Prinsip-prinsip program pengembangan
1.    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2.    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.    Relevansi dengan kebutuhan kehidupan.[16]
Semua program pengembangan tersebut dapat dikembangkan oleh pendidik atau guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dirancang dalam kegiatan bermain yang bermakna dan menyenangkan bagi anak. Diantara beberapa metode pembelajaran yang dianggap sesuai untuk PAUD berdasarkan kurikulum 2013 Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran IV adalah sebagai berikut:


a)         Bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar yang dapat meningkatkan daya imajinasi anak, karena dengan cerita anak dilatih untuk menjadi pendengar yang kritis dan kreatif.[17] Metode ini baik digunakan untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan, dan keinginan anak. Melalui metode bercerita juga dapat merangsang pola pikir anak.[18] Setiap hari guru dapat menyuruh dua atau tiga orang anak untuk bercerita apa saja yang ingin diungkapkan. Saat anak bercerita, guru dapat melakukan asesmen pada anak tersebut, setelah itu, guru dapat melanjutkan topik yang dibicarakan anak sebagai pembelajaran. Biasanya, banyak anak  yang mengungkapkan perasaannya melalui metode ini.[19] Menurut Mbak Itadz, ada beberapa manfaat cerita bagi anak usia dini, diantaranya adalah: membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi anak, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat menulis anak, merangsang minat baca anak, dan membuka cakrawala pengetahuan anak.[20]
b)        Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Metode ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa kepada anak. Dengan metode demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman melalui penglihatan dan pendengaran sehingga anak dapat meniru cara yang dilakukan oleh guru dan dengan metode ini juga dapat meningkatkan daya pikir anak terutama dalam meningkatkan kemampuannya.[21] Kelebihan metode demonstrasi adalah: (1) perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. (2) dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengar, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. Sedangkan untuk kelemahan metode demonstrasi ini adalah: (1) untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat khusus, kadang-kadang alat-alat tersebut sukar diperoleh. (2) memerlukan waktu persiapan dan pelaksanaan yang lebih banyak.[22] (3) kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas, akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi yang sebenarnya.[23]
c)         Bercakap-cakap
Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Dari pengertian tersebut, maka metode bercakap-cakap dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa.[24] Metode ini sangat bermanfaat untuk melatih keberanian anak dalam menyatakan perasaan, keinginan, dan kebutuhan secara lisan, serta sebagai wahana sosialisasi anak jika dilakukan sesama temannya. Menurut Mukhtar Latif, dkk, manfaat nyata dari bercakap-cakap adalah: (1) meningkatkan keberanian anak untuk berbicara, (2) melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan menangkap pesan dari orang lain, (3) membangun konsep diri yang positif, (4) memperluas pengetahuan dan meningkatkan perbendaharaan kosakata yang dimiliki anak, dan (5) meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain seperti pada guru dan teman sebaya.[25]
d)        Pemberian tugas
Metode pemberian tugas merupakan cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak. Manfaat dari metode ini adalah untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Tugas atau pekerjaan yang diberikan kepada anak berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk/aturan yang diberikan oleh guru sebelumnya sehingga anak dapat melaksanakannya sampai tuntas.[26]  


e)         Karyawisata
Karya wisata atau sering disebut study tour, yaitu melakukan studi kunjungan ke suatu tempat atau objek tertentu. Dengan kata lain, karya wisata yaitu suatu cara mengajar dengan cara guru membawa siswa ke suatu tempat tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah.[27] Maka karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak akan mendengar, merasakan, melihat dan melakukan. Menurut Moeslichatoen, melalui karyawisata semua indra dapat diaktifkan serta dapat menumbuhkan minat anak terhadap sesuatu. Hal ini sejalan dengan ungkapan Richard, William, dan Margaret yang mengemukakan bahwa karyawisata dapat mendorong anak menumbuhkan rasa ingin tahunya karena anak melihat secara langsung dalam bentuk nyata dan asli.[28]
Metode karya wisata memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan yang dilakukan, mengaplikasikan teori yang dipelajari dan mendapat pengalaman secara langsung. Sedangkan kelemahannya adalah apabila tidak direncanakan secara matang sebelumnya, maka dapat menjadi acara piknik.[29]
f)         Proyek
Metode proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.[30] Manfaat dari metode ini adalah mampu meningkatkan keterampilan yang telah dimiliki dan memberi peluang bagi anak untuk mewujudkan  daya kreativitasnya. Metode ini dapat melatih anak bekerja sama dan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya.[31]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dkk, metode proyek memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode proyek adalah: (1) dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan. (2) dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu. (3) metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern. Sedangkan untuk kekurangan dari metode proyek ini adalah: (1) kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini. (2) pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan mudah. (3) bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.[32]
Semua metode pembelajaran tersebut di atas, hendaklah disesuaikan dengan prinsip-prinsip dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu: berpusat kepada siswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.[33]
2.    Beban Belajar
Beban belajar berisi tentang sejumlah beban belajar per-mata pelajaran, per-minggu, per-semester, dan per-tahun mengenai pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, dan sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum.[34] Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa beban belajar PAUD adalah keseluruhan pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun.[35] Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka. Untuk beban belajar dalam pendidikan anak usia dini meliputi ketentuan dua hal sebagaimana yang termaktub dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 pada lampiran satu yaitu: (1) Beban belajar atau lama belajar merupakan keseluruhan waktu untuk memperoleh pengalaman belajar yang harus diikuti anak dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun. Beban belajar atau lama belajar pada PAUD dilaksanakan melalui pembelajaran tatap muka. (2) kegiatan tatap muka di PAUD dengan lama belajar sebagai berikut: (a) Kelompok usia lahir sampai dua tahun dengan lama belajar paling sedikit 120 menit per minggu. (b) Kelompok usia dua tahun sampai empat tahun dengan lama belajar paling sedikit 360 menit per-minggu. (c) Kelompok usia empat tahun sampai enam tahun dengan lama belajar paling sedikit 900 menit per-minggu. (3) Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan pembelajaran 900 menit per-minggu, wajib melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terprogram.[36]  Dengan beban belajar dari masing-masing tahapan usia, memberikan keluasan waktu bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi kepada siswa secara aktif. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi, karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi.[37]  Untuk beban belajar anak usia dini dapat dilihat pada tabel yang terlampi


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Struktur Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini merupakan pengorganisasian muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan lama belajar. Didalam muatan kurikulum pendidikan anak usia dini tersebut berisi program-program pengembangan yang harus dikembangkan oleh para pendidik atau guru kepada anak didiknya yang meliputi:
1.    Program pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya perilaku, baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain.
2.    Program pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain.
3.    Program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses berpikir dalam konteks bermain.
4.    Program pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.
5.    Program pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks bermain.
6.    Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain.
Begitu juga dalam kompetensi dasar tersebut yang di dalamnya berisi cakupan materi yang akan dijadikan sebagai kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang mana hal tersebut masuk ke dalam ranah muatan pembelajaran yang seharusnya dikuasai oleh anak-anak sesuai dengan tahapan usianya yang diberikan melalui stimulasi pendidikan secara terintegrasi dengan menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD/ satuan pendidikan dan anak. Semua hal tersebut sudah diatur dan harus berjalan sesuai dengan beban belajar anak menurut tahapan usianya yaitu, (a) Kelompok usia lahir sampai dua tahun dengan lama belajar paling sedikit 120 menit per minggu. (b) Kelompok usia dua tahun sampai empat tahun dengan lama belajar paling sedikit 360 menit per minggu. (c) Kelompok usia empat tahun sampai enam tahun dengan lama belajar paling sedikit 900 menit per minggu, dan (3) Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan pembelajaran 900 menit per minggu, wajib melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terproses. 


DAFTAR PUSTAKA
Andi Prastowo, Pengembangan Sumber Belajar (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, cetakan pertama 2012)
-----------------, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015)
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama 2011)
Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2010)
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009)
Dwi Yulianti, Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak (Semarang: Indeks, cetakan pertama 2010)
E. Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2012)
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan  Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014  Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)
Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran Paud (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Teras, cetakan pertama, 2009)
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Meity H. Idris, dkk, Menjadi Pendidik Yang Menyenangkan dan Profesional (Jakarta: Luxima Metro Media, 2014)
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan kedua, 2013)
Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar Paud (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2013)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
--------, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi, 2010)
Syahraini Tambak, Enam Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat, 2005)
Salinan lampiran III  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Salinan Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagai TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan pertama 2011)
Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1995)
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2008)
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua, 2006)  




[1] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran Paud (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 13.
[2] E. Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2012), hlm. 5. Lihat pula Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 5.  
[3] Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 92.
[4] Salinan Lampiran III  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 3.
[5] Andi Prastowo, Pengembangan Sumber Belajar (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, cetakan pertama 2012), hlm. 26.
[6] Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 124.
[7] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Teras, cetakan pertama, 2009), hlm. 83.
[8] Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 13.
[9] Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan kedua, 2013), hlm. 62.
[10] Ibid, hlm. 62.
[11] http// langkah-langkah penyusunan muatan pembelajaran. Diakses pada hari rabu 8 April 2016.
[12] Meity H. Idris, dkk, Menjadi Pendidik Yang Menyenangkan dan Profesional (Jakarta: Luxima Metro Media, 2014), hlm. 88.
[13] Suyadi, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm. 96.
[14]  Salinan Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 5.
[15]  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014  Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 4.
[16] Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran, Op,cit, hlm. 97.
[17] Dwi Yulianti, Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak (Semarang: Indeks, cetakan pertama 2010), hlm. 37.
[18] Syahraini Tambak, Enam Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 157.
[19] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat, 2005), hlm. 145.
[20] Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 81-97.
[21] Ibid, hlm. 38.
[22] Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2010), hlm. 54.
[23] Andi Prastowo, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 178-179.
[24] Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 126.
[25] Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 115.
[26] Ibid, hlm. 114.  
[27] Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1995), hlm. 84.
[28] Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak  (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama 2011), hlm. 156.
[29] Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 67-68.
[30] H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 58.
[31] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Op,cit, hlm. 145.
[32] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 83-84.
[33] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua, 2006), hlm. 30-31.
[34] Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran, Op,cit, hlm. 19.
[35] http// beban belajar PAUD. Diakses pada rabu 12 Mei 2016.  
[36] Ibid, hlm. 9.
[37] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 45. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar