BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pendidikan anak usia dini sekarang ini telah banyak bermunculan di
masyarakat, baik dalam bentuk formal maupun nonformal. Pemerintah sendiri
melalui Kementerian Pendidikan Nasional mengupayakan untuk menggalakkan
pendidikan anak usia dini di berbagai daerah. Terobosan pemerintah ini adalah
dalam rangka untuk memberikan perhatian yang lebih pada anak usia dini. Sebab,
dari sinilah nantinya akan muncul generasi-generasi penerus yang akan memajukan
bangsa dan negara tercinta ini.[1]
Di dalam Undang-undang Sisdiknas telah ditegaskan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[2]
Untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini di
atas secara optimal, maka dibutuhkan suatu manajemen kurikulum PAUD yang baik. Manajmen
kurikulum PAUD itu sendiri dimaknai sebagai suatu bentuk pengelolaan secara
efektif dan efisien terhadap seperangkat bahan ajar yang harus dikuasai peserta
didik, khususnya pada usia dini, yakni 0-6 tahun untuk mencapai tumbuh kembang
secara optimal.[3]
Dalam Kurikulum 2013 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP)
PAUD dan struktur kurikulum PAUD merupakan pengorganisasian dari Kompetensi
Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Program Pengembangan, dan Beban
Belajar. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan secara spesifik tiga komponen
dalam Kurikulum 2013, yaitu muatan
pembelajaran, program pengembangan dan beban belajar anak usia dini.
B.
Rumusan masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul Muatan Pembelajaran, Program
Pengembangan, dan Beban Belajar Anak Usia Dini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan muatan pembelajaran dan bagaimana format materinya ?
2.
Apakah yang
dimaksud dengan program pengembangan dan beban belajar serta bagaimana
formatnya ?
C.
Tujuan
penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul Muatan Pembelajaran,
Program Pengembangan, dan Beban Belajar Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui apakah yang dimaksud dengan muatan pembelajaran dan bagaimana format
materinya.
2.
Untuk
mengetahui apakah yang dimaksud dengan program pengembangan dan beban belajar serta
bagaimana formatnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Muatan
Pembelajaran dan Format Materinya
1.
Definisi Muatan
Pembelajaran
Berbicara mengenai muatan pembelajaran, dalam kurikulum 2013 Permendikbud
tahun 2014 nomor 146 lampiran III disebutkan bahwa muatan pembelajaran adalah cakupan
materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Materi-materi tersebut diusahakan dikuasai oleh
anak-anak sesuai dengan tahapan usianya yang diberikan melalui stimulasi
pendidikan secara terintegrasi dengan menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi
lembaga PAUD/ satuan pendidikan.[4] Menurut
Andi Prastowo menyatakan bahwa muatan pembelajaran adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.[5] Novan
Ardy Wiyani, mengatakan bahwa muatan/materi pembelajaran merupakan berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang ditransformasikan oleh guru kepada peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.[6] Dalam
pengertian yang lain dikatakan bahwa muatan pembelajaran adalah segala sesuatu
yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan.[7]
Dalam pemahaman yang lebih luas dalam KTSP dikemukakan bahwa muatan
pembelajaran adalah sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan
beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.[8] Jadi,
praktisnya muatan pembelajaran itu merupakan materi-materi pokok dan program
yang diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari dalam proses pembelajaran.
Uraian materi pokok inilah yang dijadikan dasar pengambilan dan penentuan
materi ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru. Penentuan
pokok-pokok bahasan atau materi pokok didasarkan atas standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta indikator.[9] Materi
ajar tersebut pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Materi
kurikulum yang berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b.
Mengacu pada
pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c.
Diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.[10]
Adapun langkah-langkah penyusunan muatan pembelajaran adalah
sebagai berikut:[11]
a.
Pahami inti
muatan dari setiap kompetensi dasar (KD), dan kemampuan apa yang diharapkan
dari KD tersebut.
b.
Pahami keluasan
cakupan materi yang termuat dalam KD.
c.
Pahami
kedalaman materi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
d.
Sesuaikan dengan
visi yang ingin diwujudkan dan tujuan yang ingin dicapai pada anak didik selama
belajar di satuan TK.
e.
Tentukan
prioritas materi yang mendukung pencapaian KD.
2.
Format materi
Materi-materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang
akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual,
sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dapat dilihat pada format tabel
dibawah ini sesuai dengan Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran 1 sebagai
berikut:
KOMPETENSI INTI
|
KOMPETENSI DASAR
|
KI-1. Menerima ajaran agama yang dianutnya
|
2.1.
Mepercayai
adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
|
2.2.
Menghargai
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada
Tuhan
|
|
KI-2. Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan
estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerjasama, mampu
menyesuaikan diri, jujur, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga,
pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
|
2.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
|
2.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu
|
|
2.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif
|
|
2.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis
|
|
2.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
|
|
2.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap
aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
|
|
2.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau
menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara) untuk melatih
kedisiplinan
|
|
2.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
|
|
2.9. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau
membantu jika diminta bantuannya
|
|
2.10.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama
|
|
2.11. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri
|
|
2.12. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
|
|
2.13. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun kepada
orang tua, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
|
|
KI-3. Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik dan/atau
pengasuh, lingkungan sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, tempat
bermain dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra (melihat,
mendengar, menghidu, merasa, meraba), menanya, mengumpulkan informasi,
mengolah informasi/mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan melalui kegiatan
bermain
|
2.1.
Mengenal
kegiatan beribadah sehari-hari
|
2.2.
Mengenal
perilaku baik sebagai cerminan akhlak mulia
2.3.
Mengenal
anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk mengembangkan motorik kasar dan
motorik halus
2.4.
Mengetahui
cara hidup sehat
2.5.
Mengetahui
cara memecahkan masalah sehari-hari dan berperilaku kreatif
2.6.
Mengenal
benda-benda di sekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara,
tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya)
2.7.
Mengenal
lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, dan
transportasi)
2.8.
Mengenal
lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan dll)
2.9.
Mengenal
teknologi sederhana (peralatan rumah tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan dll)
2.10.
Memahami
bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
2.11.
Memahami
bahasa ekspresif (menungkapkan bahsa secara verbal dan non verbal)
2.12.
Mengenal
keaksaraan awal melalui bermain
2.13.
Mengenal
emosi diri dan orang lain
2.14.
Mengenali
kebutuhan, keinginan, dan minat diri
2.15.
Mengenal
berbagai karya dan aktivitas seni
|
|
KI-4. Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan
dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan dan karya secara produktif dan
kreatif, serta mencerminkan perilaku anak yang berakhlak mulia
|
4.1.Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang
dewasa
4.2.Menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan akhlak mulia
4.3.Menggunakan anggota tubuh untuk megembangkan motorik kasar dan
halus
4.4.Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
4.5.Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif
4.6.Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda disekitar yang
dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi
dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya
4.7.Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk gambar, bercerita,
bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan sosial (keluarga, teman,
tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, dan transportasi)
4.8.Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk gambar, bercerita,
bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah,
air, batu-batuan, dll)
4.9.Menggunakan teknologi sederhana (peralatan rumah tangga,
peralatan bermain, peralatan pertukangan, dll) untuk menyelesaikan tugas dan
kegiatannya
4.10.
Menunjukkan
kemampuan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca)
4.11.
Menunjukkan
kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan non
verbal)
4.12.
Menunjukkan
kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai bentuk karya
4.13.
Menunjukkan
reaksi emosi diri secara wajar
4.14.
Mengungkapkan
kebutuhan, keinginan, dan minat diri dengan cara yang tepat
4.15.
Menunjukkan
karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media
|
B.
Program
Pengembangan dan Beban Belajar
1.
Program Pengembangan
Program pengembangan dan beban belajar merupakan satu kesatuan yang
utuh yang tidak bisa dipisahkan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Program
pengembangan meliputi tahapan-tahapan yang harus diberikan stimulasi oleh para
pendidik atau guru untuk membantu tumbuh kembang anak sebagai bekal untuk memasuki
jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan tahapan program pengembangan Permendikbud
Tahun 2014 Nomor 146 lampiran satu yang meliputi: (1) Program pengembangan
nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya
perilaku, baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari
kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain. (2) Program pengembangan
fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan kinestetik
dalam konteks bermain. Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan
melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol
gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara
hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan
terampil.[12]
(3) Program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan proses berpikir dalam konteks bermain. (4). Program
pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan
bahasa dalam konteks bermain. Karena anak-anak memperoleh kemampuan bahasa
dengan cara yang menakjubkan, mulai sejak lahir hingga usia 6 tahun, ia tidak
pernah belajar bahasa, apalagi kosa kata secara khusus, akan tetapi pada akhir
usia dininya, rata-rata anak telah menyimpan lebih dari 14. 000 kosa kata.[13] (5)
Program pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks bermain.
(6) Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain.[14] Program
pengembangan di atas digunakan untuk pencapaian kompetensi inti dan kompetensi
dasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal empat Permendikbud tahun 2014 nomor
146 kurikulum 2013 yang dirumuskan secara terpadu dalam bentuk sikap spiritual
sebagai (KI) 1, sikap sosial sebagai (KI) 2, pengetahuan (KI) 3, dan
keterampilan (KI) 4. [15]
a.
Prinsip-prinsip
program pengembangan
1.
Berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2.
Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.
Relevansi
dengan kebutuhan kehidupan.[16]
Semua program pengembangan tersebut dapat dikembangkan oleh pendidik
atau guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dirancang dalam
kegiatan bermain yang bermakna dan menyenangkan bagi anak. Diantara beberapa
metode pembelajaran yang dianggap sesuai untuk PAUD berdasarkan kurikulum 2013 Permendikbud
tahun 2014 nomor 146 lampiran IV adalah sebagai berikut:
a)
Bercerita
Metode
bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar yang dapat meningkatkan
daya imajinasi anak, karena dengan cerita anak dilatih untuk menjadi pendengar yang
kritis dan kreatif.[17]
Metode ini baik digunakan untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan, dan keinginan
anak. Melalui metode bercerita juga dapat merangsang pola pikir anak.[18]
Setiap hari guru dapat menyuruh dua atau tiga orang anak untuk bercerita apa
saja yang ingin diungkapkan. Saat anak bercerita, guru dapat melakukan asesmen pada
anak tersebut, setelah itu, guru dapat melanjutkan topik yang dibicarakan anak
sebagai pembelajaran. Biasanya, banyak anak
yang mengungkapkan perasaannya melalui metode ini.[19]
Menurut Mbak Itadz, ada beberapa manfaat cerita bagi anak usia dini,
diantaranya adalah: membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan
kebutuhan imajinasi dan fantasi anak, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat
menulis anak, merangsang minat baca anak, dan membuka cakrawala pengetahuan
anak.[20]
b)
Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan
sesuatu. Metode ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu
kejadian atau peristiwa kepada anak. Dengan metode demonstrasi, guru dapat
meningkatkan pemahaman melalui penglihatan dan pendengaran sehingga anak dapat meniru
cara yang dilakukan oleh guru dan dengan metode ini juga dapat meningkatkan daya
pikir anak terutama dalam meningkatkan kemampuannya.[21]
Kelebihan metode demonstrasi adalah: (1) perhatian siswa dapat dipusatkan
kepada hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti. (2) dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila
dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengar, karena murid mendapatkan
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. Sedangkan untuk kelemahan metode
demonstrasi ini adalah: (1) untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat
khusus, kadang-kadang alat-alat tersebut sukar diperoleh. (2) memerlukan waktu persiapan
dan pelaksanaan yang lebih banyak.[22]
(3) kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas, akan berbeda
jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi yang sebenarnya.[23]
c)
Bercakap-cakap
Bercakap-cakap
merupakan salah satu bentuk keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Dari
pengertian tersebut, maka metode bercakap-cakap dapat diartikan sebagai cara
untuk menyampaikan pelajaran yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk
tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa.[24]
Metode ini sangat bermanfaat untuk melatih keberanian anak dalam menyatakan
perasaan, keinginan, dan kebutuhan secara lisan, serta sebagai wahana
sosialisasi anak jika dilakukan sesama temannya. Menurut Mukhtar Latif, dkk,
manfaat nyata dari bercakap-cakap adalah: (1) meningkatkan keberanian anak
untuk berbicara, (2) melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan
menangkap pesan dari orang lain, (3) membangun konsep diri yang positif, (4) memperluas
pengetahuan dan meningkatkan perbendaharaan kosakata yang dimiliki anak, dan
(5) meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
seperti pada guru dan teman sebaya.[25]
d)
Pemberian
tugas
Metode
pemberian tugas merupakan cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan
tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak. Manfaat dari metode ini adalah
untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan
penguasaan perolehan hasil belajar. Tugas atau pekerjaan yang diberikan kepada
anak berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas
berdasarkan petunjuk/aturan yang diberikan oleh guru sebelumnya sehingga anak
dapat melaksanakannya sampai tuntas.[26]
e)
Karyawisata
Karya
wisata atau sering disebut study tour, yaitu melakukan studi kunjungan
ke suatu tempat atau objek tertentu. Dengan kata lain, karya wisata yaitu suatu
cara mengajar dengan cara guru membawa siswa ke suatu tempat tertentu yang ada
hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah.[27]
Maka karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengamati. Dengan cara tersebut anak akan mendengar, merasakan, melihat dan
melakukan. Menurut Moeslichatoen, melalui karyawisata semua indra dapat
diaktifkan serta dapat menumbuhkan minat anak terhadap sesuatu. Hal ini sejalan
dengan ungkapan Richard, William, dan Margaret yang mengemukakan bahwa karyawisata
dapat mendorong anak menumbuhkan rasa ingin tahunya karena anak melihat secara
langsung dalam bentuk nyata dan asli.[28]
Metode
karya wisata memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah siswa dapat
menyaksikan secara langsung kegiatan yang dilakukan, mengaplikasikan teori yang
dipelajari dan mendapat pengalaman secara langsung. Sedangkan kelemahannya
adalah apabila tidak direncanakan secara matang sebelumnya, maka dapat menjadi
acara piknik.[29]
f)
Proyek
Metode
proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.[30]
Manfaat dari metode ini adalah mampu meningkatkan keterampilan yang telah
dimiliki dan memberi peluang bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya. Metode ini dapat melatih
anak bekerja sama dan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya.[31]
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, metode proyek memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan metode proyek adalah: (1) dapat memperluas pemikiran siswa
yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan. (2) dapat membina siswa dengan
kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari secara terpadu. (3) metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip
didaktik modern. Sedangkan untuk kekurangan dari metode proyek ini adalah: (1) kurikulum
yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal,
belum menunjang pelaksanaan metode ini. (2) pemilihan topik unit yang tepat
sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang
diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan mudah. (3) bahan pelajaran sering
menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.[32]
Semua metode pembelajaran tersebut di atas, hendaklah
disesuaikan dengan prinsip-prinsip dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu: berpusat
kepada siswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan
keingintahuan, imajinasi, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
dan teknologi.[33]
2.
Beban
Belajar
Beban belajar berisi tentang sejumlah beban belajar per-mata
pelajaran, per-minggu, per-semester, dan per-tahun mengenai pelajaran yang
dilaksanakan di sekolah, dan sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam
struktur kurikulum.[34]
Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa beban belajar PAUD adalah
keseluruhan pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu
minggu, satu semester, dan satu tahun.[35] Beban
belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka. Untuk beban
belajar dalam pendidikan anak usia dini meliputi ketentuan dua hal sebagaimana yang
termaktub dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 pada lampiran satu yaitu: (1)
Beban belajar atau lama belajar merupakan keseluruhan waktu untuk memperoleh pengalaman
belajar yang harus diikuti anak dalam satu minggu, satu semester, dan satu
tahun. Beban belajar atau lama belajar pada PAUD dilaksanakan melalui pembelajaran
tatap muka. (2) kegiatan tatap muka di PAUD dengan lama belajar sebagai
berikut: (a) Kelompok usia lahir sampai dua tahun dengan lama belajar paling
sedikit 120 menit per minggu. (b) Kelompok usia dua tahun sampai empat tahun dengan
lama belajar paling sedikit 360 menit per-minggu. (c) Kelompok usia empat tahun
sampai enam tahun dengan lama belajar paling sedikit 900 menit per-minggu. (3) Satuan
PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan pembelajaran 900
menit per-minggu, wajib melaksanakan pembelajaran 540 menit dan ditambah 360
menit pengasuhan terprogram.[36] Dengan beban belajar dari masing-masing
tahapan usia, memberikan keluasan waktu bagi guru untuk mengembangkan proses
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa secara aktif. Proses pembelajaran
siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran
penyampaian informasi, karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati,
menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi.[37] Untuk beban belajar anak usia dini dapat
dilihat pada tabel yang terlampi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Struktur
Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini merupakan pengorganisasian muatan
kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan lama belajar. Didalam muatan
kurikulum pendidikan anak usia dini tersebut berisi program-program
pengembangan yang harus dikembangkan oleh para pendidik atau guru kepada anak
didiknya yang meliputi:
1.
Program
pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk
berkembangnya perilaku, baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta
bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain.
2.
Program
pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kematangan kinestetik dalam konteks bermain.
3.
Program
pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan
proses berpikir dalam konteks bermain.
4.
Program
pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan
bahasa dalam konteks bermain.
5.
Program
pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks
bermain.
6.
Program
pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya eksplorasi,
ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain.
Begitu juga dalam kompetensi dasar tersebut yang di dalamnya berisi
cakupan materi yang akan dijadikan sebagai kegiatan-kegiatan untuk
mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang mana hal tersebut masuk ke dalam ranah muatan pembelajaran
yang seharusnya dikuasai oleh anak-anak sesuai dengan tahapan usianya yang
diberikan melalui stimulasi pendidikan secara terintegrasi dengan menggunakan
tema-tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD/ satuan pendidikan dan anak. Semua
hal tersebut sudah diatur dan harus berjalan sesuai dengan beban belajar anak menurut
tahapan usianya yaitu, (a) Kelompok usia lahir sampai dua tahun dengan lama
belajar paling sedikit 120 menit per minggu. (b) Kelompok usia dua tahun sampai
empat tahun dengan lama belajar paling sedikit 360 menit per minggu. (c)
Kelompok usia empat tahun sampai enam tahun dengan lama belajar paling sedikit 900
menit per minggu, dan (3) Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak
dapat melakukan pembelajaran 900 menit per minggu, wajib melaksanakan
pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terproses.
DAFTAR
PUSTAKA
Andi Prastowo, Pengembangan Sumber Belajar (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, cetakan pertama 2012)
-----------------, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk
Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015)
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama 2011)
Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran
(Bandung: Humaniora, 2010)
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014)
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Yogyakarta: Teras,
2009)
Dwi Yulianti, Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak
(Semarang: Indeks, cetakan pertama 2010)
E.
Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2012)
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini
H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015)
Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia
Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran Paud (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012)
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Teras, cetakan
pertama, 2009)
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009)
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Meity H. Idris, dkk, Menjadi Pendidik Yang Menyenangkan dan
Profesional (Jakarta: Luxima Metro Media, 2014)
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013)
Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010)
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cetakan kedua, 2013)
Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar Paud (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cetakan pertama 2013)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
--------, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Bintang Pustaka
Abadi, 2010)
Syahraini Tambak, Enam Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta:
Hikayat, 2005)
Salinan lampiran III
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Salinan Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagai TK/RA &
Anak Usia Kelas Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan
pertama 2011)
Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1995)
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group,
2008)
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua, 2006)
[1] Muhammad
Fadlillah, Desain Pembelajaran Paud (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 13.
[2] E. Mulyasa,
Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2012), hlm.
5. Lihat pula Rita Mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 5.
[3] Suyadi,
Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 92.
[4] Salinan
Lampiran III Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 3.
[5] Andi Prastowo,
Pengembangan Sumber Belajar (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, cetakan
pertama 2012), hlm. 26.
[6] Novan Ardy
Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.
124.
[7] Muhammad
Zaini, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Teras, cetakan pertama, 2009), hlm.
83.
[8] Masnur
Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm. 13.
[9] Sholeh
Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan
kedua, 2013), hlm. 62.
[10] Ibid, hlm. 62.
[11] http//
langkah-langkah penyusunan muatan pembelajaran. Diakses pada hari rabu 8 April
2016.
[12] Meity H.
Idris, dkk, Menjadi Pendidik Yang Menyenangkan dan Profesional (Jakarta: Luxima
Metro Media, 2014), hlm. 88.
[13] Suyadi,
Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm. 96.
[14] Salinan Lampiran I Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 5.
[15] Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 4.
[16] Masnur
Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran, Op,cit, hlm. 97.
[17] Dwi Yulianti, Bermain
Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak (Semarang: Indeks, cetakan pertama
2010), hlm. 37.
[18] Syahraini
Tambak, Enam Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), hlm. 157.
[19] Slamet
Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat, 2005),
hlm. 145.
[20] Mbak Itadz,
Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), hlm. 81-97.
[21] Ibid, hlm. 38.
[22] Abdorrakhman
Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2010),
hlm. 54.
[23] Andi Prastowo,
Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di
Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 178-179.
[24] Binti Maunah, Metodologi
Pengajaran Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 126.
[25] Mukhtar Latif,
dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 115.
[26] Ibid, hlm.
114.
[27] Tayar Yusuf
& Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta:
RajaGrafindo Persada,1995), hlm. 84.
[28] Anita Yus, Penilaian
Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi pertama 2011), hlm. 156.
[29] Thoifuri,
Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 67-68.
[30] H. Asis
Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm.
58.
[31] Slamet
Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Op,cit, hlm. 145.
[32] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 83-84.
[33] Wina Sanjaya,
Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, cetakan kedua, 2006), hlm. 30-31.
[34] Masnur
Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran, Op,cit, hlm. 19.
[35] http// beban
belajar PAUD. Diakses pada rabu 12 Mei 2016.
[36] Ibid, hlm. 9.
[37] Abdul Majid,
Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar