Minggu, 06 November 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan terutama bagi sekolah-sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada, sehingga mampu melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam kaitannya dengan model membelajaran yang menuntut siswa lebih kreatif dan inovatif. Salah satu model pembelajaran itu adalah model pembelajaran tematik.[1]
Model pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dalam suatu tema tertentu sehingga dapat memberikan pariasi pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam proses pembelajarannya anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.[2] Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih kontektual dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Secara umum, model pembelajaran tematik bertujuan untuk memberikan ruang yang utuh dalam meningkatkan seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak.[5] Keterpaduan dalam pembelajaran ini, dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik sangat sesuai diajarkan pada anak-anak, karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) dan perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosionalnya sehingga tema yang diberikan menyesuaikan diri dengan lingkungan dekat mereka.[6] Pembelajaran tematik akan dirasa sulit untuk di implementasikan apabila sudah masuk tingkatan sekolah dasar (SD) dan menengah ke atas. Karena pada tingkatan ini konsep pengembangan pembelajaran tematik itu sudah spesifik mengarah ke penguasaan mata pelajaran tertentu, sehingga setiap guru dituntut kejeliannya dalam mengaitkan konsep dari bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain. Lebih tinggi lagi bahwa guru harus multi ahli tidak hanya pada satu bidang tertentu saja, tetapi juga ahli dalam bidang yang lain. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan secara spesifik pembelajaran tematik untuk anak usia dini.
B.       Rumusan Masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul “Model Pembelajaran Tematik” adalah sebagai berikut :
1.    Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran tematik ?
2.    Apa saja landasan pembelajaran tematik ?
3.    Apa saja karakteristik pembelajaran tematik ?
4.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik ?
5.    Bagaimana prinsip-prinsip penentuan tema pembelajaran tematik ?
6.    Bagaimana  implikasi dari model pembelajaran tematik ?
7.    Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tematik ?
C.       Tujuan penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul “Model Pembelajaran Tematik” adalah sebagai berikut :  
1.    Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pembelajaran tematik.
2.    Untuk mengetahui apa saja landasan pembelajaran tematik.
3.    Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari pembelajaran tematik.
4.    Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik.
5.    Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip penentuan tema pembelajaran tematik.
6.    Untuk mengetahui bagaimana implikasi dari model pembelajaran tematik.
7.    Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tematik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Definisi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu dimana konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan, pertumbuhan, serta kemampuan pengetahuan.  Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan berbagai bahasan dari kompetensi dasar secara terintegrasi kedalam satu tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada anak.[7] Ada juga yang memberikan pengertian bahwa pembelajaran tematik atau terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya sebagai upaya untuk menghubungkan tema yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.[8]
Tentunya langkah awal didalam melaksanakan pembelajaran tematik ini adalah dengan pemilihan/ pengembangan tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan model tematik ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar terutama pendidikan untuk anak usia dini, untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah.[9]  
Tema merupakan payung keseluruhan kegiatan dan topik yang akan dijadikan pembahasan dalam kegiatan bermain dan bereksplorasi bersama anak. Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sebagai strategi untuk membantu keluasan wawasan berpikir anak. Oleh karena itu, memilih tema hendaklah yang menarik dan sesuai dengan jiwa anak. [10] Lebih lanjut menurut lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 tersebut juga ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematik merajut makna pada berbagai konsep dasar, sehingga peserta didik tidak hanya belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
B.       Landasan Pembelajaran Tematik
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran tematik, seorang guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran ini merupakan implementasi dari kurikulum terbaru 2013, juga selalu membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam  sehingga pembelajaran tematik memiliki posisi dan potensi yang sangat strategis dalam keberhasilan proses pendidikan. Dengan posisi seperti itu, maka landasan-landasan kuat yang digunakan dalam pembelajaran tematik adalah landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.[11]
1.    Landasan filosofis
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu (a) progresivisme, (b) konstruktivisme dan (c) humanisme.[12] Menurut aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan tidak artifisial, serta memperhatikan pengalaman siswa.[13] Dalam hal ini juga siswa dapat mempergunakan kecerdasannya untuk menghadapi lingkungannya dalam bentuk memecahkan berbagai masalah.[14] Sedangkan menurut aliran konstruktivisme lebih menekankan pada pengetahuan itu dibentuk dalam struktur konsep seseorang melalui pengalaman langsung sebagai kunci dalam pembelajaran.[15] Dalam hal ini, isi materi pembelajaran perlu dihubungkan dengan pengalaman dan interaksi siswa secara langsung.[16] Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.[17] Maka manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya, karena pengetahuan tersebut tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswanya, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswanya.[18] Sedangkan menurut aliran humanisme lebih memperhatikan dari sisi keunikan-keunikan yang dimiliki oleh siswa, bahwa setiap siswa mempunyai cara tersendiri dalam mengkonstruk pengetahuan yang dipelajarinya serta menghargai domain-domain lain yang ada dalam diri siswa selain domain kognitif dan psikomotorik, sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri siswa mendapat perhatian untuk dikembangkan.[19]
2.    Landasan psikologis
Landasan psikologis terutama yang berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama di dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didiknya agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Dan psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didiknya, serta bagaimana pula mereka harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik ini juga diharapkan adanya perubahan perilaku, baik fisik, mental, intelektual, moral maupun sosial.[20]
3.    Landasan yuridis
Landasan yuridis ini merujuk kepada penetapan kurikulum yang disebutkan dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran IV yang menyatakan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk satu tema atau sub tema dirancang untuk mencapai secara bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan mencakup sebagian atau seluruh aspek pengembangannya.[21]
C.       Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran, memiliki arti yang sangat penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain, pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada  keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga anak-anak dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).[22]
Pembelajaran tematik juga disampaikan melalui prosedur pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mencakup rangkaian proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan proses tersebut dilakukan dengan menggunakan seluruh indera serta berbagai sumber dan media pembelajaran serta habituasi (pembiasaan). Berangkat dari penjelasan di atas, maka pembelajaran tematik menurut konsep kurikulum 2013 mempunyai karakteristik antara lain:
a.    Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar, karena setiap siswa memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, dan pengalaman yang berbeda-beda, sehingga diharapkan dengan proses ini, anak  bisa bersosialisasi dengan temannya yang lain.[23]
b.    Memberikan pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).[24] Dengan pengalaman langsung ini, anak-anak dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.[25]
c.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses pembelajaran
Kekreatifan guru dalam menyajikan konsep-konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses pembelajaran akan menjadikan anak-anak mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu anak-anak dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.[26]
d.   Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Bahkan mengaitkannya  dengan kehidupan anak serta lingkungan dan tempat tinggalnya.[27]
e.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar Pakem yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui kegiatan bermain, dimana materi atau bahan, metode, dan media dikemas sesuai dengan kecendrungan minat anak dan kebutuhannya sehingga menarik perhatian anak.[28]
D.      Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum 2013, model pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk satu tema atau sub tema dirancang untuk mencapai secara bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan mencakup sebagian atau seluruh aspek pengembangan. Pembelajaran tematik atau terpadu dilaksanakan dalam tahapan kegiatan pembukaan, inti dan penutup.[29]


a.    Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan untuk menyiapkan anak secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.[30] Kegiatan ini berhubungan dengan pembahasan tema atau sub tema yang akan dilaksanakan.[31] Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: berbaris, mengucap salam, berdoa, dan bercerita atau berbagi pengalaman.
b.    Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan upaya kegiatan bermain yang dilakukan melalui pengalaman belajar secara langsung kepada anak sebagai dasar pembentukan sikap, perolehan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Suyadi, kegiatan inti adalah berbagai aktivitas pembelajaran yang telah dirancang berdasarkan kurikulum PAUD.[32] Lebih lanjut menurut E. Mulyasa, kegiatan inti mencakup penyampaian informasi tentang bahan belajar atau materi standar serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama.[33] Kegiatan inti memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk berinisiatif, kreatif, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan anak. Kegiatan inti dilaksanakan dengan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.[34]
1.    Mengamati
Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek, diantaranya dengan menggunakan indera seperti melihat, mendengar, menghidup, merasa, dan meraba.
2.    Menanya
Menanya merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi instruksional baik dalam memulai, selama proses berjalan, ataupun dalam mengakhiri.[35] Dalam hal ini anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.
3.    Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil dari berbagai sumber. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkomunikasi melalui cara kerja ilmiah.[36]
4.    Menalar
Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal.
5.    Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari bubur kertas, dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.
c.    Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang bersifat penenangan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan penutup diantaranya adalah:[37]
1.    Membuat kesimpulan sederhana dari kegiatan yang telah dilakukan, termasuk di dalamnya adalah pesan moral yang ingin disampaikan.
2.    Nasihat-nasihat yang mendukung pembiasaan yang baik.
3.    Refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
4.    Membuat kegiatan penenangan seperti bernyanyi, bersyair, dan bercerita yang sifatnya menggembirakan.
5.    Menginformasikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.[38]
E.       Prinsip-Prinsip Penentuan Tema Pembelajaran Tematik
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran tematik, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.[39] Pada tahap ini, guru bersama-sama dengan peserta didik mendiskusikan tema mana yang akan dipilih dan selanjutnya dikembangkan ke dalam sub tema atau topik pembelajaran.[40] Dalam penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.         Kedekatan, artinya, tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik, lalu meningkat kepada yang lebih jauh.[41]
2.         Kesederhanaan, artinya, tema hendaklah dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana ke tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
3.         Kemenarikan, artinya tema hendaklah dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta didik kepada tema-tema yang kurang menarik.
4.         Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan setempat.[42]
F.        Implikasi Pembelajaran Tematik
Penggunaan model pembelajaran tematik pada dasarnya mengarah pada peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Dengan model pembelajaran tematik dapat mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir peserta didik melalui jaringan tema yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dalam pembelajaran yang utuh/terpadu dan stimulan. Penggunaan model ini berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana peserta didik mempelajari beberapa sub-tema pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam tema atau mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Diantara implikasi tersebut adalah sebagai berikut: [43]
1.    Implikasi bagi guru
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik, maka guru dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa yang inovatif. Hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah memahami model pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun secara praktikal. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru cendrung ingin langsung atau dipaksa melaksanakannya tanpa dibarengi dengan pemahaman yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut jarang yang berumur panjang dan selalu kandas di tengah jalan, bukan disebabkan karena buruknya bentuk inovasi tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh sifat konservatif (kolot) pada diri guru yang lebih senang dengan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.[44]
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik adalah, bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Pilihlah tema-tema yang terdekat dan familiar dengan anak, namun demikian selalu mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema-tema tersebut.[45]
2.    Implikasi bagi peserta didik
Beban guru yang semakin meningkat akan berimplikasi pula terhadap beban anak didiknya, karena dalam pembelajaran tematik ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitis terhadap konsep-konsep yang dipadukan dan peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru.[46] Oleh karena itu dibutuhkan seperangkat persiapan guru yang memang harus dapat diikuti oleh anak didik secara seksama. Menurut Depdiknas, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru berkaitan dengan anak didik:
a.    Anak didik harus mampu bekerja secara individual, berpasangan atau kolompok (baik kelompok kecil maupun klasikal) sesuai dengan tuntunan skenario pembelajaran.
b.    Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, dan lain-lain.
Dilihat dari aspek peserta didik di atas, maka pembelajaran tematik memiliki peluang untuk mengembangkan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan karena model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif. Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar.  
3.    Implikasi terhadap buku ajar
Penerapan model pembelajaran tematik sangat berpengaruh terhadap ketersediaan bahan ajar, terutama buku ajar yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan. Sekalipun buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran, namun  pada masa mendatang perlu diupayakan adanya buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi untuk membantu siswa sejak dini untuk memahami berbagai ilmu pengetahuan secara inter-disipliner. Dan bahan ajar tersebut berpangkal dari tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.[47]
4.    Implikasi terhadap sarana dan prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran.[48]
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik. Oleh karena itu, penerapan model ini akan sangat berimplikasi terhadap ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai yang disertai dengan manajemen yang baik.[49] Hal yang paling dominan dalam kaitannya dengan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran tematik adalah tersedianya sumber belajar yang lengkap dengan pengelolaan yang profesional. Sumber belajar tersebut baik yang sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lapangan yang tidak di desain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat di manfaatkan (by utilization.[50] Dalam rangka memperoleh konsep dan prinsip yang valid dalam pembelajaran tematik, maka perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output), namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.[51] Dalam mengembangkan sumber belajar, disamping guru harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkret.[52]
G.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif. Apabila dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, maka pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan, diantaranya: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.[53] (2) kegiatan belajar lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.[54] (3) dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus.[55]
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah: (1) Aspek guru, guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. (2) aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik ini menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif.[56]


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Berkenaan dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik, maka hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah kejelian didalam mengidentifikasi SK/KD dan menetapkan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Maka didalam merancang pembelajaran tematik, ada beberapa hal yang harus perlu dilakukan oleh guru: (1) mulailah dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema yang ditetapkan hendaklah menyesuaikan dengan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal-hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak. (2) mulailah dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, lalu dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran.









DAFTAR PUSTAKA
Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran (Tulung agung: STAIN Press, cetakan 2013)
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu (Jakarta: Prenadamedia Group, cetakan 1, Januari 2015)
-----------------, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015)
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua 2012)
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
Artikel Pembelajaran Tematik: Penyusunan RPP. Ditulis oleh Suyantiningsih, sumber http// pembelajaran tematik
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2014)
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, cetakan kedua edisi revisi 2009)
Dwi Prasetia Danarjati, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung Remaja Rosdakarya, 2013)
----------------, Kurikulum Yang Disempurnakan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Terj. Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Gama Media, 2007)
H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)
H. Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2014)
H. Soegiono, Filsafat Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
H. Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
H. Khaeruddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007)
H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
Imas Kurinasih, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan (Surabaya: Kata Pena, 2014)
Kunandar, Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013)
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Elex Media Komputindo 2013)
Muhammad Thobroni, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
Moh. Sholeh, Metodologi Pembelajaran Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, cetakan 1, April 2014)
M. Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana  Prenadamedia Group, cetakan pertama 2014)
Marjorie J. Kostelknik, Teaching Young Children Using, Themes,Glenview, Ilinois: Good Year Books, 1991
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Mamat SB, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005)
Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Rajagrafindo Persada, cetakan kelima 2012)
----------, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011)
Salinan Lampiran IV Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini
Sunaryo, dkk, Modul untuk Pelatihan 4: Modul Pembelajaran Inklusif Gender (Jakarta: LAPIS, 2010)
Suyantiningsih “Artikel Pembelajaran Tematik: Penyusunan RPP, sumber http// pembelajaran tematik
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang: Bayumedia Publishing, 2005)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan 1, Juni 2011)
---------,Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cetakan kedua 2011)
---------,Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011)
Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema (Jakarta: Erlangga, 2014)
Wismiarti, Tema, PPOT Modul VI (Jakarta: Sekolah Al-Falah, 2012)
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2012)








[1]  B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 132.
[2] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran (Tulung agung: STAIN Press, 2013), hlm. 183
[3] Ibid, hlm. 132.
[4] Sunaryo, dkk, Modul untuk Pelatihan 4: Modul Pembelajaran Inklusif Gender (Jakarta: LAPIS, 2010), hlm. 185.
[5] Marjorie J. Kostelknik, Teaching Young Children Using, Themes,Glenview, Ilinois: Good Year Books, 1991, hlm. 17.
[6] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 211.
[7] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, Op,cit. hlm. 147
[8] Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 6.  
[9] Moh. Sholeh, Metodologi Pembelajaran Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, cetakan 1, April 2014), hlm. 56
[10] Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 132.
[11] Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Raja grafindo Persada, cetakan kelima 2012), hlm. 255
[12] Mamat SB, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 1.
[13] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Op,cit, hlm 184. Lihat pula George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Terj. Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hlm. 54.
[14] H. Soegiono, Filsafat Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 115.
[15] Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 30. Lihat pula H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 144.
[16] Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 74. 
[17] Dwi Prasetia Danarjati, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 51.
[18] Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 65. Lihat pula Andi Prastowo, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 70.
[19] H. Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 143.
[20] Rusman, Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 256.  
[21] Salinan Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 3.
[22] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik,  Op,cit, hlm. 157.
[23] M. Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana  Prenada media Group, cetakan pertama 2014), hlm. 58.
[24] Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, Op,cit, hlm. 113.
[25] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Op,cit, hlm. 134.
[26] Artikel Pembelajaran Tematik: Penyusunan RPP. Ditulis oleh Suyantiningsih, sumber http// pembelajaran tematik, hlm.2.
[27] H. Khaeruddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 205.
[28] Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua 2012), hlm. 67.
[29] Salinan  Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang  Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 3-4.
[30] Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 183.
[31] Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 48.
[32] Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 113.
[33] E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 204.
[34] Imas Kurinasih, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan (Surabaya: Kata Pena, 2014), hlm. 141.
[35] H. Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 339.
[36] H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 47.
[37] Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema, Op,cit, hlm. 51.
[38] Kunandar, Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 10.
[39] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik , Op,cit, hlm 283
[40]Ibid, hlm. 36.  
[41] Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 70.
[42] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran  hlm, 284.
[43] Rusman, Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 281
[44] Rusman, Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm . 282.  
[45] Ibid, hlm, 282.  
[46] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 120.
[47] Rusman, Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 283
[48] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Op,cit, hlm. 121.
[49] Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 278.
[50] Ibid, hlm 283.  
[51] Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cetakan kedua 2011), hlm. 182.
[52] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 49.
[53] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Op,cit, hlm. 136.
[54] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2014), hlm. 92.
[55] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Op,cit, hlm 200.
[56] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Ibid, hlm. 202. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar