BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi
daerah. Kebijakan ini memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan terutama
bagi sekolah-sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada, sehingga mampu
melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam kaitannya dengan model membelajaran yang
menuntut siswa lebih kreatif dan inovatif. Salah satu model pembelajaran itu
adalah model pembelajaran tematik.[1]
Model pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model pembelajaran
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dalam suatu tema tertentu sehingga
dapat memberikan pariasi pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan
bermakna karena dalam proses pembelajarannya anak akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang mereka pahami.[2] Pembelajaran
model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran
ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih kontektual dalam kehidupan
sehari-hari.[3]
Secara umum, model pembelajaran tematik bertujuan untuk memberikan
ruang yang utuh dalam meningkatkan seluruh aspek perkembangan kecerdasan
seperti IQ, EQ, dan SQ serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
konsep atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami dalam kehidupan
sehari-hari.[4]
Model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran
yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada anak.[5] Keterpaduan
dalam pembelajaran ini, dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik sangat sesuai diajarkan
pada anak-anak, karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistic) dan perkembangan fisiknya tidak pernah dapat
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosionalnya sehingga tema
yang diberikan menyesuaikan diri dengan lingkungan dekat mereka.[6] Pembelajaran
tematik akan dirasa sulit untuk di implementasikan apabila sudah masuk tingkatan
sekolah dasar (SD) dan menengah ke atas. Karena pada tingkatan ini konsep
pengembangan pembelajaran tematik itu sudah spesifik mengarah ke penguasaan
mata pelajaran tertentu, sehingga setiap guru dituntut kejeliannya dalam
mengaitkan konsep dari bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain.
Lebih tinggi lagi bahwa guru harus multi ahli tidak hanya pada satu bidang
tertentu saja, tetapi juga ahli dalam bidang yang lain. Maka dalam makalah ini akan
dijelaskan secara spesifik pembelajaran tematik untuk anak usia dini.
B.
Rumusan Masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul “Model Pembelajaran Tematik” adalah
sebagai berikut :
1.
Apakah yang
dimaksud dengan pembelajaran tematik ?
2.
Apa saja
landasan pembelajaran tematik ?
3.
Apa saja karakteristik
pembelajaran tematik ?
4.
Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran tematik ?
5.
Bagaimana
prinsip-prinsip penentuan tema pembelajaran tematik ?
6.
Bagaimana implikasi dari model pembelajaran tematik ?
7.
Apa saja
kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tematik ?
C.
Tujuan penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul “Model Pembelajaran
Tematik” adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui apakah yang dimaksud dengan pembelajaran tematik.
2.
Untuk
mengetahui apa saja landasan pembelajaran tematik.
3.
Untuk
mengetahui apa saja karakteristik dari pembelajaran tematik.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik.
5.
Untuk
mengetahui bagaimana prinsip-prinsip penentuan tema pembelajaran tematik.
6.
Untuk
mengetahui bagaimana implikasi dari model pembelajaran tematik.
7.
Untuk
mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tematik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Pembelajaran
Tematik
Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada
model pembelajaran terpadu dimana konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya
telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan,
pertumbuhan, serta kemampuan pengetahuan. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan berbagai
bahasan dari kompetensi dasar secara terintegrasi kedalam satu tema sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada anak.[7] Ada
juga yang memberikan pengertian bahwa pembelajaran tematik atau terpadu adalah
pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan
berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya sebagai
upaya untuk menghubungkan tema yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari.
Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, menyatakan bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai
atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.[8]
Tentunya langkah awal didalam melaksanakan pembelajaran tematik ini
adalah dengan pemilihan/ pengembangan tema. Dalam langkah awal ini guru
mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau
tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan model tematik
ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar terutama
pendidikan untuk anak usia dini, untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum
dalam proses pembelajaran di sekolah.[9]
Tema
merupakan payung keseluruhan kegiatan dan topik yang akan dijadikan pembahasan
dalam kegiatan bermain dan bereksplorasi bersama anak. Tema bukan merupakan
tujuan pembelajaran melainkan sebagai strategi untuk membantu keluasan wawasan
berpikir anak. Oleh karena itu, memilih tema hendaklah yang menarik dan sesuai
dengan jiwa anak. [10] Lebih
lanjut menurut lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 tersebut juga
ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematik merajut makna pada berbagai
konsep dasar, sehingga peserta didik tidak hanya belajar konsep dasar secara
parsial. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada
peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
B.
Landasan Pembelajaran
Tematik
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran tematik, seorang guru harus
mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran ini merupakan
implementasi dari kurikulum terbaru 2013, juga selalu membutuhkan landasan-landasan
yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran yang mendalam sehingga pembelajaran tematik memiliki posisi
dan potensi yang sangat strategis dalam keberhasilan proses pendidikan. Dengan
posisi seperti itu, maka landasan-landasan kuat yang digunakan dalam
pembelajaran tematik adalah landasan filosofis, landasan psikologis, dan
landasan yuridis.[11]
1.
Landasan
filosofis
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu (a) progresivisme, (b) konstruktivisme
dan (c) humanisme.[12] Menurut
aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural) dan tidak artifisial, serta memperhatikan pengalaman siswa.[13]
Dalam hal ini juga siswa dapat mempergunakan kecerdasannya untuk menghadapi lingkungannya
dalam bentuk memecahkan berbagai masalah.[14] Sedangkan
menurut aliran konstruktivisme lebih menekankan pada pengetahuan itu dibentuk
dalam struktur konsep seseorang melalui pengalaman langsung sebagai kunci dalam
pembelajaran.[15]
Dalam hal ini, isi materi pembelajaran perlu dihubungkan dengan pengalaman dan
interaksi siswa secara langsung.[16] Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.[17] Maka
manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman
dan lingkungannya, karena pengetahuan tersebut tidak dapat ditransfer begitu
saja dari seorang guru kepada siswanya, tetapi harus diinterpretasikan sendiri
oleh masing-masing siswanya.[18] Sedangkan
menurut aliran humanisme lebih memperhatikan dari sisi keunikan-keunikan yang
dimiliki oleh siswa, bahwa setiap siswa mempunyai cara tersendiri dalam mengkonstruk
pengetahuan yang dipelajarinya serta menghargai domain-domain lain yang ada
dalam diri siswa selain domain kognitif dan psikomotorik, sehingga dalam proses
pembelajarannya nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri siswa mendapat
perhatian untuk dikembangkan.[19]
2.
Landasan
psikologis
Landasan psikologis terutama yang berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama di dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik
yang diberikan kepada anak didiknya agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai
dengan tahap perkembangan mereka. Dan psikologi belajar memberikan kontribusi dalam
hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada
anak didiknya, serta bagaimana pula mereka harus mempelajarinya. Melalui
pembelajaran tematik ini juga diharapkan adanya perubahan perilaku, baik fisik,
mental, intelektual, moral maupun sosial.[20]
3.
Landasan
yuridis
Landasan yuridis ini merujuk kepada penetapan kurikulum yang
disebutkan dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran IV yang menyatakan
bahwa salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013
adalah pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di
PAUD, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk satu tema atau sub tema dirancang
untuk mencapai secara bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dengan mencakup sebagian atau seluruh aspek pengembangannya.[21]
C.
Karakteristik
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran, memiliki arti yang
sangat penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain, pertama,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga anak-anak dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).[22]
Pembelajaran tematik juga disampaikan melalui prosedur pembelajaran
dengan pendekatan saintifik yang mencakup rangkaian proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan proses
tersebut dilakukan dengan menggunakan seluruh indera serta berbagai sumber dan
media pembelajaran serta habituasi (pembiasaan). Berangkat dari penjelasan di
atas, maka pembelajaran tematik menurut konsep kurikulum 2013 mempunyai
karakteristik antara lain:
a.
Berpusat pada
siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center),
hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar, karena setiap siswa memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, dan
pengalaman yang berbeda-beda, sehingga diharapkan dengan proses ini, anak bisa bersosialisasi dengan temannya yang lain.[23]
b.
Memberikan
pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences).[24] Dengan
pengalaman langsung ini, anak-anak dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.[25]
c.
Menyajikan konsep
dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses pembelajaran
Kekreatifan guru dalam menyajikan konsep-konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses
pembelajaran akan menjadikan anak-anak mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu anak-anak dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.[26]
d.
Bersifat
fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya. Bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan anak serta lingkungan dan tempat tinggalnya.[27]
e.
Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar Pakem yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui kegiatan bermain,
dimana materi atau bahan, metode, dan media dikemas sesuai dengan kecendrungan minat
anak dan kebutuhannya sehingga menarik perhatian anak.[28]
D.
Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum 2013, model pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk satu tema atau sub tema dirancang untuk mencapai secara
bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan mencakup
sebagian atau seluruh aspek pengembangan. Pembelajaran tematik atau terpadu
dilaksanakan dalam tahapan kegiatan pembukaan, inti dan penutup.[29]
a.
Kegiatan
Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan untuk menyiapkan anak secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.[30] Kegiatan
ini berhubungan dengan pembahasan tema atau sub tema yang akan dilaksanakan.[31]
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: berbaris, mengucap salam,
berdoa, dan bercerita atau berbagi pengalaman.
b.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan upaya kegiatan bermain yang dilakukan
melalui pengalaman belajar secara langsung kepada anak sebagai dasar
pembentukan sikap, perolehan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Suyadi,
kegiatan inti adalah berbagai aktivitas pembelajaran yang telah dirancang
berdasarkan kurikulum PAUD.[32] Lebih
lanjut menurut E. Mulyasa, kegiatan inti mencakup penyampaian informasi tentang
bahan belajar atau materi standar serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat
dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama.[33] Kegiatan
inti memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk berinisiatif, kreatif, dan
mandiri sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan anak. Kegiatan inti
dilaksanakan dengan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengomunikasikan.[34]
1.
Mengamati
Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek, diantaranya dengan
menggunakan indera seperti melihat, mendengar, menghidup, merasa, dan meraba.
2.
Menanya
Menanya merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi
instruksional baik dalam memulai, selama proses berjalan, ataupun dalam
mengakhiri.[35]
Dalam hal ini anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah
diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.
3.
Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya:
dengan melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil dari berbagai
sumber. Kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa,
mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkomunikasi melalui cara kerja
ilmiah.[36]
4.
Menalar
Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah
dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang suatu hal.
5.
Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang
telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan
dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka
dari bubur kertas, dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.
c.
Kegiatan
Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang bersifat penenangan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan penutup diantaranya adalah:[37]
1.
Membuat
kesimpulan sederhana dari kegiatan yang telah dilakukan, termasuk di dalamnya
adalah pesan moral yang ingin disampaikan.
2.
Nasihat-nasihat
yang mendukung pembiasaan yang baik.
3.
Refleksi dan
umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
4.
Membuat
kegiatan penenangan seperti bernyanyi, bersyair, dan bercerita yang sifatnya
menggembirakan.
5.
Menginformasikan
rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.[38]
E.
Prinsip-Prinsip
Penentuan Tema Pembelajaran Tematik
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep
kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran tematik, tema diberikan
dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan
tema dimaksudkan agar peserta didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah
dan jelas.[39]
Pada tahap ini, guru bersama-sama dengan peserta didik mendiskusikan tema mana
yang akan dipilih dan selanjutnya dikembangkan ke dalam sub tema atau topik pembelajaran.[40] Dalam
penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Kedekatan,
artinya, tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan
peserta didik, lalu meningkat kepada yang lebih jauh.[41]
2.
Kesederhanaan, artinya,
tema hendaklah dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana ke tema-tema yang
lebih rumit bagi peserta didik.
3.
Kemenarikan, artinya
tema hendaklah dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta didik
kepada tema-tema yang kurang menarik.
4.
Kesesuaian,
artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan
setempat.[42]
F.
Implikasi
Pembelajaran Tematik
Penggunaan model pembelajaran tematik pada dasarnya mengarah pada peningkatan
mutu pendidikan dan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap
pelaksanaan kurikulum 2013. Dengan model pembelajaran tematik dapat
mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir peserta didik melalui jaringan
tema yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dalam
pembelajaran yang utuh/terpadu dan stimulan. Penggunaan model ini berimplikasi
pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana peserta didik mempelajari
beberapa sub-tema pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau
keterampilan yang ada dalam tema atau mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi
peserta didik. Diantara implikasi tersebut adalah sebagai berikut: [43]
1.
Implikasi bagi
guru
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan penerapan
model pembelajaran tematik, maka guru dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa
yang inovatif. Hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah memahami model
pembelajaran tematik, baik secara konseptual maupun secara praktikal. Kebiasaan-kebiasaan
yang terjadi dalam menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran, guru
cendrung ingin langsung atau dipaksa melaksanakannya tanpa dibarengi dengan pemahaman
yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut. Akibatnya, inovasi tersebut
jarang yang berumur panjang dan selalu kandas di tengah jalan, bukan disebabkan
karena buruknya bentuk inovasi tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh sifat
konservatif (kolot) pada diri guru yang lebih senang dengan sesuatu yang sudah biasa
dilakukan.[44]
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik adalah, bahwa pembelajaran tematik ini dimaksudkan agar pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaannya
perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan
banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Pilihlah
tema-tema yang terdekat dan familiar dengan anak, namun demikian selalu
mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema-tema tersebut.[45]
2.
Implikasi bagi peserta
didik
Beban guru yang semakin meningkat akan berimplikasi pula terhadap
beban anak didiknya, karena dalam pembelajaran tematik ini menekankan pada
pengembangan kemampuan analitis terhadap konsep-konsep yang dipadukan dan
peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan
memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru.[46] Oleh
karena itu dibutuhkan seperangkat persiapan guru yang memang harus dapat
diikuti oleh anak didik secara seksama. Menurut Depdiknas, dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru berkaitan dengan anak
didik:
a.
Anak didik harus
mampu bekerja secara individual, berpasangan atau kolompok (baik kelompok kecil
maupun klasikal) sesuai dengan tuntunan skenario pembelajaran.
b.
Peserta didik harus
siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan
diskusi kelompok, dan lain-lain.
Dilihat dari aspek peserta didik di atas, maka pembelajaran tematik
memiliki peluang untuk mengembangkan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan karena
model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep
yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan
aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan
elaboratif. Selain itu, model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan
memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antar konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang
terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar.
3.
Implikasi terhadap
buku ajar
Penerapan model pembelajaran tematik sangat berpengaruh terhadap ketersediaan
bahan ajar, terutama buku ajar yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran
yang terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan
dengan kehidupan. Sekalipun buku ajar yang sudah ada saat ini untuk
masing-masing mata pelajaran, namun pada
masa mendatang perlu diupayakan adanya buku suplemen khusus yang memuat bahan
ajar yang terintegrasi untuk membantu siswa sejak dini untuk memahami berbagai
ilmu pengetahuan secara inter-disipliner. Dan bahan ajar tersebut berpangkal dari
tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.[47]
4.
Implikasi terhadap
sarana dan prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran.[48]
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan
autentik. Oleh karena itu, penerapan model ini akan sangat berimplikasi terhadap
ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai yang disertai
dengan manajemen yang baik.[49] Hal
yang paling dominan dalam kaitannya dengan sarana prasarana yang dibutuhkan
dalam penerapan model pembelajaran tematik adalah tersedianya sumber belajar
yang lengkap dengan pengelolaan yang profesional. Sumber belajar tersebut baik
yang sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
tematik (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lapangan
yang tidak di desain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat di manfaatkan (by
utilization.[50]
Dalam rangka memperoleh konsep dan prinsip yang valid dalam pembelajaran
tematik, maka perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar. Sumber belajar adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara
fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.
Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output),
namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber
yang dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang
ilmu yang dipelajarinya.[51]
Dalam mengembangkan sumber belajar, disamping guru harus mampu membuat sendiri
alat pembelajaran, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkret.[52]
G.
Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa
dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara
holistik, bermakna, autentik, dan aktif. Apabila dibandingkan dengan model pembelajaran
yang lain, maka pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan atau
kelebihan, diantaranya: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.[53] (2)
kegiatan belajar lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar
dapat bertahan lebih lama.[54] (3)
dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena
beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus.[55]
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah: (1) Aspek guru, guru
harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis
yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. (2)
aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif baik. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik ini menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif.[56]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan
potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Berkenaan dengan
perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik, maka hal pertama yang harus diperhatikan
oleh guru adalah kejelian didalam mengidentifikasi SK/KD dan menetapkan
indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami
betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indikator tersebut
sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Maka didalam merancang pembelajaran
tematik, ada beberapa hal yang harus perlu dilakukan oleh guru: (1) mulailah
dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan
dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata
pelajaran yang akan diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema
yang ditetapkan hendaklah menyesuaikan dengan lingkungan yang terdekat dengan
siswa, dimulai dari hal-hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang
sederhana menuju yang kompleks, dari hal yang konkret menuju ke hal yang
abstrak. (2) mulailah dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa
mata pelajaran yang memiliki hubungan, lalu dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu.
Dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari
kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anissatul Mufarokah, Strategi dan
Model-Model Pembelajaran (Tulung agung: STAIN Press, cetakan 2013)
Abuddin Nata, Kapita Selekta
Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu (Jakarta: Prenadamedia Group, cetakan 1,
Januari 2015)
-----------------, Pembelajaran
Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015)
Anita Yus, Model Pendidikan Anak
Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua 2012)
Agus Suprijono, Cooperative Learning
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan
Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
Artikel Pembelajaran Tematik:
Penyusunan RPP. Ditulis oleh Suyantiningsih, sumber http// pembelajaran tematik
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik
Terpadu (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2014)
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar
di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, cetakan kedua edisi revisi 2009)
Dwi Prasetia Danarjati, Psikologi
Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
E. Mulyasa, Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung Remaja Rosdakarya, 2013)
----------------, Kurikulum Yang
Disempurnakan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
George R. Knight, Issues and
Alternatives in Educational Philosophy. Terj. Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan
(Yogyakarta: Gama Media, 2007)
H. Asis Saefuddin, dkk, Pembelajaran
Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)
H. Mohamad Surya, Psikologi Guru
Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2014)
H. Soegiono, Filsafat Pendidikan
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
H. Baharuddin, dkk, Teori Belajar
dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
H. Khaeruddin, dkk, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007)
H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
Imas Kurinasih, Implementasi
Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan (Surabaya: Kata Pena, 2014)
Kunandar, Penilaian Autentik
Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013)
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan
Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Elex Media Komputindo 2013)
Muhammad Thobroni, dkk, Belajar dan
Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
Moh. Sholeh, Metodologi Pembelajaran
Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, cetakan 1, April 2014)
M. Fadillah, Edutainment Pendidikan
Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, cetakan pertama 2014)
Marjorie J. Kostelknik, Teaching
Young Children Using, Themes,Glenview, Ilinois: Good Year Books, 1991
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru
Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Mamat SB, Pedoman Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2005)
Rusman, Model-model Pembelajaran
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, cetakan kelima 2012)
----------, Manajemen Kurikulum
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011)
Salinan Lampiran IV Peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini
Sunaryo, dkk, Modul untuk Pelatihan
4: Modul Pembelajaran Inklusif Gender (Jakarta: LAPIS, 2010)
Suyantiningsih “Artikel
Pembelajaran Tematik: Penyusunan RPP, sumber http// pembelajaran tematik
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik,
Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011)
Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat
Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
Trianto, Desain Pengembangan
Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan 1, Juni
2011)
---------,Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cetakan kedua 2011)
---------,Model Pembelajaran Terpadu
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
Udin S. Winataputra, dkk, Teori
Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011)
Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis
Tema (Jakarta: Erlangga, 2014)
Wismiarti, Tema, PPOT Modul VI
(Jakarta: Sekolah Al-Falah, 2012)
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2012)
[1] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di
Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 132.
[2] Anissatul Mufarokah,
Strategi dan Model-Model Pembelajaran (Tulung agung: STAIN Press, 2013), hlm. 183
[3] Ibid, hlm. 132.
[4] Sunaryo, dkk,
Modul untuk Pelatihan 4: Modul Pembelajaran Inklusif Gender (Jakarta: LAPIS,
2010), hlm. 185.
[5] Marjorie J.
Kostelknik, Teaching Young Children Using, Themes,Glenview, Ilinois: Good Year
Books, 1991, hlm. 17.
[6] Yuliani Nurani
Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2012), hlm.
211.
[7] Trianto, Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik, Op,cit. hlm. 147
[8] Sutirjo dan
Sri Istuti Mamik, Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang:
Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 6.
[9] Moh. Sholeh,
Metodologi Pembelajaran Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, cetakan 1,
April 2014), hlm. 56
[10] Abuddin Nata,
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hlm.
132.
[11] Rusman, Model-model
Pembelajaran (Jakarta: Raja grafindo Persada, cetakan kelima 2012), hlm. 255
[12] Mamat SB,
Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 1.
[13] Anissatul
Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Op,cit, hlm 184. Lihat
pula George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosophy. Terj.
Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hlm. 54.
[14] H. Soegiono,
Filsafat Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 115.
[15] Agus
Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 30. Lihat
pula H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hlm. 144.
[16] Mukhtar Latif,
dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 74.
[17] Dwi Prasetia
Danarjati, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 51.
[18] Udin S.
Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka,
2011), hlm. 65. Lihat pula Andi Prastowo, Pembelajaran
Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 70.
[19] H. Baharuddin,
dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.
143.
[20] Rusman,
Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 256.
[21] Salinan
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 3.
[22] Trianto, Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik, Op,cit,
hlm. 157.
[23] M. Fadillah, Edutainment
Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana
Prenada media Group, cetakan pertama 2014), hlm. 58.
[24] Mukhtar Latif,
dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, Op,cit, hlm. 113.
[25] B.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Op,cit, hlm. 134.
[26] Artikel
Pembelajaran Tematik: Penyusunan RPP. Ditulis oleh Suyantiningsih, sumber
http// pembelajaran tematik, hlm.2.
[27] H. Khaeruddin,
dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm.
205.
[28] Anita Yus, Model
Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan kedua
2012), hlm. 67.
[29] Salinan Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 3-4.
[30] Agus Wibowo,
Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
hlm. 183.
[31] Wachyu
Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 48.
[32] Suyadi,
Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 113.
[33] E. Mulyasa,
Kurikulum Yang Disempurnakan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 204.
[34] Imas
Kurinasih, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan (Surabaya: Kata
Pena, 2014), hlm. 141.
[35] H. Mohamad
Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 339.
[36] H. Asis
Saefuddin, dkk, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm.
47.
[37] Wachyu
Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema, Op,cit, hlm. 51.
[38] Kunandar,
Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), hlm. 10.
[39] Trianto, Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik , Op,cit, hlm 283
[40]Ibid, hlm. 36.
[41] Sa’dun Akbar,
Instrumen Perangkat Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 70.
[42] Trianto,
Desain Pengembangan Pembelajaran hlm, 284.
[43] Rusman,
Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 281
[44] Rusman,
Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm . 282.
[45] Ibid, hlm, 282.
[46] Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 120.
[47] Rusman,
Model-model Pembelajaran, Op,cit, hlm 283
[48] Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu, Op,cit, hlm. 121.
[49] Rusman,
Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 278.
[50] Ibid, hlm 283.
[51] Trianto, Mengembangkan
Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, cetakan kedua 2011),
hlm. 182.
[52] E. Mulyasa,
Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 49.
[53] B.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Op,cit, hlm. 136.
[54] Abdul Majid,
Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2014), hlm. 92.
[55] Anissatul
Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Op,cit, hlm 200.
[56] Anissatul
Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, Ibid, hlm. 202.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar