KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt Tuhan
semesta alam yang telah menganugrahkan kepada kita semua kesehatan, kesempatan
dan semua nikmatnya yang lain, baik yang zohir maupun yang bathin sehingga kita
bisa melakukan aktifitas dan rutinitas kita sehari-hari dengan tanpa ada
penghalang sedikit pun. Semua nikmat tersebut sebagai bukti dari kasih
sayang-Nya kepada seluruh mahluk-Nya maka wajib hukumnya kita bersyukur
pada-Nya.
Sholawat dan salam semoga tetap
selalu tercurahkan kepada kekasih-Nya yang mulia Nabi Muhammad saw, kepada
seluruh keluarganya, isterinya, sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah yang ada dihadapan pembaca
merupakan salah satu dari sekian makalah yang ada yang membahas mengenai Alat Permainan
Edukatif Berbasis Model. Tentunya di dalam makalah ini banyak sekali
kekurangannya. Baik dari segi referensi-referensi, konten, maupun dalam model
penulisannya. Maka melalui kesempatan ini penulis meminta kritiknya yang
bersifat membangun agar makalah ini dapat disempurnakan pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Lebih dan kurangnya apa yang penulis paparkan
di dalamnya, melalui lubuk hati yang paling dalam penulis meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
Yogyakarta,…..Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...................................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................
2
C.
Tujuan Penulisan..................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian APE
……………………………………… 3
B.
Syarat-syarat APE yang ideal …………………….............................................
3
C.
Cara Mengembangkan Permainan Edukatif Berbasis
Model ………………….. 4
D.
Pengaruh Permainan Edukatif Berbasis Model
Bagi Perkembangan Anak........ 6
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................................... 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang
diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran dari usia
0-6 tahun yang sering disebut dengan Golden age perkembangan.[1] Pendidikan
yang akan diberikan kepada anak hendaklah disesuaikan dengan usia
perkembangannya, karena tujuan pendidikan yang diberikan kepada mereka adalah
untuk mengembangkan kepribadian,
pengetahuan, dan keterampilan, dan berusaha mengembangkan diri secara
utuh sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.[2]
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran dalam dunia anak pada
hakikatnya adalah bermain,[3] dimana
bermain merupakan salah satu yang menjadi bagian penting dalam pendidikan anak
usia dini (PAUD).[4]
Bagi anak, bermain bukan sekedar kesenangan, melainkan juga merupakan sarana
belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan watak dan sosialisasi.[5] Bahkan
salah seorang tokoh sekaligus penggagas Kindergarten mendeskripsikan adanya
hubungan yang kuat antara bermain dan belajar.[6] Melalui
bermain anak dapat bersosialisasi,
mengekspresikan hati dan perasaannya serta mendapatkan pengalaman yang nyata
dan menyenangkan. Bahkan melalui bermain hal itu sebagai wahana perkenalan anak
terhadap diri dengan lingkungannya.[7]
Apapun alasannya, dan bagaimanapun cara bermain anak, yang jelas
hal itu harus mengedepankan belajar. Artinya bermain untuk belajar bukan
semata-mata untuk bermain.[8] Untuk
mensinergikan antara bermain dan belajar dibutuhkan suatu permainan yang edukatif.
Tetapi realitas yang terjadi di masyarakat masih ada diantara mereka, terutama
para orang tua yang belum paham hakikat dari permainan edukatif itu sendiri,
sehingga ada orang tua yang melarang anaknya bermain dengan alasan mengerjakan
tugas sekolah atau belajar. Bahkan, orang tua tidak segan-segan memarahi
anaknya jika bermain terlalu lama dan mengambaikan tugas sekolahnya.[9]
Menurut Yuliani Nurani Sujiono sebagaimana yang dikutib oleh Jamal
Ma’mur Asmani, mengatakan bahwa pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama,
yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui
pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan
bermain anak.[10]
Untuk menuju hal tersebut, diperlukan
fasilitas dan sarana dalam berbagai bentuk dan jenis, antara lain alat peraga
dan alat permainan. Semakin banyak alat permainan edukatif yang diberikan, maka
semakin tinggi hasrat anak untuk mencoba dan mengeksplorasi segala sesuatu. Dalam
makalah ini, akan dipaparkan lebih jauh mengenai pengembangan alat permainan
edukatif berbasis model yang tentunya sarat dengan nilai dan tumbuh kembang
anak usia dini.
B.
Rumusan Masalah
Untuk rumusan masalah dengan judul “ Pengembangan Alat Permainan
Edukatif Berbasis Model ” adalah sebagai berikut :
1.
Apakah
pengertian dari alat permainan edukatif ?
2.
Apa saja syarat-syarat
APE yang ideal ?
3.
Bagaimana cara
mengembangkan permainan edukatif berbasis model ?
4.
Apakah ada
pengaruhnya permainan edukatif berbasis model bagi perkembangan anak ?
C.
Tujuan
Penulisan
Untuk tujuan penulisan makalah dengan judul “ Pengembangan Alat Permainan Edukatif
Berbasis Model ” adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui apakah pengertian dari alat permainan edukatif.
2.
Untuk
mengetahui apa saja syarat-syarat APE yang ideal.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana cara mengembangkan permainan edukatif berbasis model.
5.
Untuk
mengetahui apakah ada pengaruhnya permainan edukatif berbasis model bagi
perkembangan anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian alat
permainan edukatif
APE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak
di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya
pembelajaran anak secara epektif dan menyenangkan sehingga anak-anak dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.[11]
Pada dasarnya APE merupakan semua sarana yang dapat dipakai oleh anak untuk
bermain, belajar, dan bereksplorasi sesuai dengan usianya. APE harus mengandung
nilai-nilai edukatif, mampu mengembangkan seluruh potensi anak, dan dapat
mengakomodasi seluruh tingkat pencapaian perkembangan anak menjadi semakin
baik.[12]
Alat permainan edukatif merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung
nilai-nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh potensi anak. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mayke Sugianto yang mengatakan
bahwa APE merupakan alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk
kepentingan pendidikan dan perkembangan anak usia dini.[13]
Dalam pengertian yang lebih luas, APE merupakan segala sarana yang
dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu tanpa anak menyadari,
baik menggunakan teknologi modern maupun sederhana, bahkan dapat juga bersifat
tradisional yang penting sarat dengan nilai-nilai edukatif.[14]
B.
Syarat-syarat
APE yang ideal
APE pada dasarnya bukan merupakan hal yang baru terutama bagi para
guru yang sudah lama mengajar di taman kanak-kanak. Namun seiring dengan
berkembangnya sistem dan program pendidikan anak usia dini di Indonesia, maka
APE pun tampaknya ikut berkembang, baik dari segi penyajian fisik maupun
pemahaman. Dalam keseharian kita, secara umum banyak dijumpai orang tua yang
belum mengetahui bagaimana memilih jenis alat permainan edukatif yang ideal.
Berikut ini akan diuraikan syarat-syarat APE yang ideal bagi AUD, yaitu:[15]
1.
Mengandung
nilai-nilai edukatif
Artinya pemainan tidak harus mahal berupa yang dibeli di toko,
tetapi boleh menggunakan dari bahan-bahan alam yang penting sarat dengan
nilai-nilai edukatif.
2.
Memenuhi minat
dan kebutuhan anak pada usianya
Artinya APE harus sesuai dengan minat dan kebutuhan anak sesuai
usianya agar benar-benar berfungsi sebagai bagian yang penting bagi tumbuh
kembang anak.
3.
Sesuai dengan
pertumbuhan fisik dan perkembangan anak
Artinya APE harus proporsional, tidak membebani fisik, tidak
terlalu berat dan sarat dengan perkembangan anak.
4.
Tahan lama,
mudah dibuat, mudah didapat, dan mudah dipakai oleh anak.[16]
Dalam hal ini untuk melindungi anak dari hal-hal yang dapat
merugikan tumbuh kembangnya dan dapat mematikan kreativitasnya.
5.
Cocok dengan
tingkat perkembangan anak.[17]
C.
Cara
Mengembangkan Permainan Edukatif Berbasis Model
Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak
hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi,
kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain
juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan keterampilan
motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak usia dini tidak ada hari
tanpa bermain, dan bagi mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang
sangat penting dan menyenangkan.[18] Dalam
islam dianjurkan bagi orang tua sedapat mungkin memberikan dorongan dan
motivasi bagi anaknya untuk aktif dalam berbagai permainan sebagai dasar untuk
pengembangan keterampilan di masa yang akan datang. Hal ini sudah pernah
dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw sewaktu Aisyah masih kecil, beliau
sering bermain-main dengannya. Dalam hadits dinyatakan sebagai berikut :
“ Aisyah berkata: “ Aku melihat Rasulullah saw berdiri di depan
pintu kamarku, sementara orang-orang Habasyah sedang asyik bermain anggar di
halaman masjid Rasulullah saw. Beliau menggendong aku hanya dengan kain
selendangnya supaya aku bisa menonton permainan mereka, kemudian beliau berdiri
supaya aku lebih leluasa melihat, karena beliau tahu, aku ini seorang gadis yang
masih suka bermain.” (HR. Muslim).[19]
Tentunya didalam bermain dengan anak-anak, maka esensinya adalah
edukatif dan bermanfaat. Edukatif artinya bersifat mendidik, memotivasi, membina,
dan mungkin memperbaiki (remidial) agar proses perkembangan anak dapat
berkembang secara optimal.[20] Bermanfaat
artinya memberikan gambaran yang bermanfaat bagi peserta didik, orang tua, guru,
pihak sekolah dan pihak terkait.[21] Diantara
permainan edukatif adalah berbasis model. Artinya permainan yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk berkreasi, bereksplorasi dan mengungkapkan hati
dan perasaannya melalui suatu model permainan. Diantara cara mengembangkan permainan
edukatif berbasis model itu adalah sebagai berikut:
1.
Permainan
edukatif berbasis model melalui permainan “ siapa terbanyak ”
Aturan main dalam permainan ini adalah pada lantai diberi tanda
lingkaran besar dan sekelilingnya terdapat lingkaran kecil. Jari-jari tengah lingkaran
besar adalah setengah meter dan jarak ke
lingkaran kecil kira-kira 10 meter. Dalam lingkaran besar terdapat batu-batu
kecil atau balok-balok kecil sebanyak 25 buah. Untuk jumlah pengikutnya bisa lebih
dari tiga. Pada tiap lingkaran kecil berdiri seorang anak dalam lingkarannya. Dengan
aba-aba guru anak yang berada dalam lingkaran lari secepat-cepatnya ke
lingkaran besar mengambil satu batu, lari kembali dan menaruh batu itu dalam
lingkarannya, kembali lagi ke lingkaran besar, mengambil satu batu dan
seterusnya hingga lingkaran besar kosong. Cara penilaiannya adalah yang mempunyai
jumlah batu yang terbanyak, dialah yang menang. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok
lain yang berlomba.
Catatan: (a) batu-batu harus ditaruh dalam lingkaran, bukan
dilemparkan. (b) lebih baik mempergunakan balok kecil atau keratan-keratan bambu
yang cukup besar dari pada batu.[22]
Nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam permainan ini adalah (a) ketangkasan,
sehingga menuntut anak untuk benar-benar konsentrasi terutama saat-saat menanti
peluit guru. (b) keseportifan anak terutama saat kembali lagi ke lingkaran
kecilnya dan kembali lagi melaju kelingkaran besar. (c) kerapian terutama
ketika meletakkan batu ke lingkaran kecilnya.
2.
Permainan
edukatif berbasis model melalui permainan “ raja bola ”
Aturan main dalam permainan ini adalah anak-anak dibagi menjadi
tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima orang anak. Masing-masing
kelompok berbaris dan di depan kelompok masing-masing ada satu anak yang menjadi
raja. Tiap raja diberi sebuah bola, lalu bola tersebut berganti-ganti dilemparkan
ke kelompoknya dan dilemparkan balik oleh kelompoknya. Siapa yang melakukan
kesalahan, yaitu tidak tepat atau tidak dapat menangkap bola mendapat hukuman
yaitu pindah ke tempat nomor terakhir. Jika raja yang membuat kesalahan, iapun pindah
ke tempat nomor terakhir dan nomor satu menggantikannya
menjadi raja. Cara penilaian dalam permainan ini adalah bagi kelompok yang
melempar dengan tepat dan bolanya tidak pernah jatuh ke tanah, maka dialah pemenangnya.
Nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam permainan ini adalah (a) dapat
mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturan-aturan tertentu yang
harus diikuti oleh semua anak. (b) ketangkasan, terutama ketika melempar bola
ke kelompok.[23]
D.
Pengaruh
Permainan Edukatif Berbasis Model Bagi Perkembangan Anak
Permainan merupakan suatu laboratorium dimana anak dapat menerapkan
keterampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat. Disamping itu
permainan juga dapat memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak
yang dapat membantu mengembangkan potensi fisik, kognitif, sosial, dan
emosional. Ada beberapa pengaruh dalam permainan berbasis model ini kepada anak
yang dapat meningkatkan daya perkembangannya, diantaranya :[24]
1.
Pengaruh pengembangan
keterampilan gerak
Artinya dalam permainan ini berisi berbagai keterampilan gerak, mulai
dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan gerak
yang kompleks. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik, maka anak
juga akan memiliki efisiensi dan kemampuan gerak yang baik, yang selanjutnya akan
berkembang menjadi keterampilan gerak yang kompleks.
2.
Perkembangan
fisik dan kesegaran jasmani
Dalam permainan ini sangat penting bagi anak untuk mengembangkan otot
dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan. Permainan
ini juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila tidak
tersalur akan menyebabkan anak tegang, gelisah, dan lain-lain. Disamping itu, anak
juga dapat mengembangkan keterampilan fisiknya dengan baik, sehingga memiliki kesehatan
yang baik sebagai akibat dari bermain secara seportif.
3.
Dorongan berkomunikasi
Dalam suasana permainan ini dapat memberikan peluang bagi anak
untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Disamping itu, dengan
berkomunikasi anak dapat saling memahami antara teman bermainnya (toleransi
terhadap orang lain).[25]
4.
Penyaluran bagi
energi emosional yang terpendam
Dalam permainan ini memberikan wahana yang baik bagi anak untuk
menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh lingkungan terhadap aktivitas anak.
Ketegangan tersebut merupakan energi emosional yang terpendam.
5.
Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain atau
aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang
tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat
peran tertentu dalam bermain.
6.
Sumber bermain itu
sendiri.
Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan
masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk
mempelajari berbagai hal.[26] Bahkan
banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di
rumah atau di sekolah.
7.
Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan
menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain
untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer
nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam
menghadapi dan memecahkan persoalan.[27]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Permainan
edukatif berbasis model merupakan permainan yang sangat mendukung tumbuh
kembang anak. Hal ini terbukti dari pengaruh yang ditimbulkan olehnya seperti pengaruh
pengembangan keterampilan gerak, perkembangan fisik dan kesegaran jasmani, dorongan
berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi
kebutuhan dan keinginan, sumber bermain, rangsangan bagi kreativitas, dan
lain-lain. Dari semua pengaruh tersebut tidak heran kemudian banyak para ahli
yang merekomendasikan bahwa belajar bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah
bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Andang
Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif
(Yogyakarta: Pilar Media, 2006)
Anna Craft, Membangun Kreatifitas Anak, (Jakarta: Inisiasi Press.
2003)
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012)
Bayyinatul Muchtaromah, Pendidikan
Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh (Yogyakarta: UIN-Malang Press, cetakan,
2008)
Badru Zaman, Pengembangan Alat
Permainan Edukatif untuk Anak TK (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia,
2006)
Cucu Eliyawati, Pemilihan dan
Pengembangan Sumber Belajar AUD (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
Ernawulan Syaodih, Bimbingan di TK (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2005)
E.
Mulyasa,
Manajemen PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama, 2012)
Partini,
Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2010)
Harun Rasyid, Mansyur dan suratno,
Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009)
http// Alat Permainan Edukatif. Diakses Rabu 14 April 2016.
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar
Home Schooling (Jogjakarta: FlashBooks, cetakan pertama, Maret 2012)
Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas
Belajar Berbasis Otak (Bandung: MLC, 2007)
Kunandar, Penilaian Autentik
Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013)
Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan
Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan
Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Gramedia, 2013)
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru
Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014)
Muhammad Thobroni, dkk, Belajar dan
Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
Novan Ardy Wijayani & Barnawi,
Format PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Rudy Budiman, Kreativitas Melalui
Pembuatan APE (Bandung: PPPPTK TK dan PLB, 2014)
Trianto, Desain Pengembangan
Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)
Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak
dengan Bermain (Surakarta: LPP UNS, cetakan 1, September 2008)
Suyadi, Manajemen PAUD (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011)
---------, Psikologi Belajar PAUD
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010)
Shoba Dewey Chugani, Anak Yang
Cerdas Anak Yang Bermain (Jakarta: Gramedia, 2009)
[1] Harun Rasyid,
Mansyur dan suratno, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi
Pressindo, 2009), hlm. 44. Lihat pula A. Martuti, Mendirikan dan Mengelola
PAUD,
[2] Ernawulan
Syaodih, Bimbingan di TK (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm.
5.
[3] Partini,
Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2010),
hlm. 50. Lihat pula Mbak Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk
Anak Usia Dini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 16.
[4] Muhammad
Thobroni, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.
30.
[5] Agus Wibowo,
Pendidikan Karakter Usia Dini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 123.
[6] Masnipal, Siap
Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 126
[7] Trianto,
Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), hlm. 28.
[8] Suyadi,
Manajemen PAUD (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 153.
[9] Suyadi,
Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010), hlm. 297.
[10] Jamal Ma’mur
Asmani, Buku Pintar Home Schooling (Jogjakarta: FlashBooks,, cetakan pertama, 2012),
hlm. 127
[11] Badru Zaman,
Pengembangan Alat Permainan Edukatif untuk Anak TK (Jakarta: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2006), hlm. 1.
[12] http// Alat
Permainan Edukatif. Diakses Rabu 14 April 2016.
[13] Cucu
Eliyawati, Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar AUD (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 62.
[14] Andang Ismail,
Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif
(Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 155-156.
[15] Anna Craft,
Membangun Kreatifitas Anak, (Jakarta: Inisiasi Press. 2003), hlm. 78-79.
[16] Rudy Budiman,
Kreativitas Melalui Pembuatan APE (Bandung: PPPPTK TK dan PLB, 2014), hlm. 28.
[17] Jalaluddin
Rakhmat, Belajar Cerdas Belajar Berbasis Otak (Bandung: MLC, 2007), hlm. 221.
[18] E. Mulyasa, Manajemen
PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan pertama, 2012), hlm. 166
[19] Bayyinatul
Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh (Yogyakarta:
UIN-Malang Press, cetakan pertama, 2008), hlm. 133.
[20] Kunandar,
Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), hlm. 51.
[21] Masnipal, Siap
Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional , op,cit, hlm. 284
[22] Furqon
Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain (Surakarta: LPP UNS, cetakan
pertama, 2008), hlm. 40
[23] Furqon
Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain …,Op,cit, hlm. 38.
[24] Mukhtar Latif,
dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 110. Lihat pula Novan Ardy Wijayani & Barnawi, Format
PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 123-124.
[25] Shoba Dewey
Chugani, Anak Yang Cerdas Anak Yang Bermain (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm. 66.
[26] Bayyinatul
Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi Bagi Anak Menuju Aqil Baligh, Op,cit,
hlm. 131.
[27] Furqon
Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain ,Op,cit, hlm 9.